Dilema Ketika Muslimah Jatuh Cinta, Lebih Memilih Memendam Rasa atau Mengungkapkan Secara Nyata?
Kumpulan Tips Motivasi Muslimah Ketika Dilanda Jatuh Cinta
Daftar Isi
Wahai Muslimah ....
Apa yang engkau lakukan jika dirimu jatuh cinta?
Mengikuti jejak Ibunda Khadijah yang terlebih dulu mengungkapkan rasa atau mencintai dalam diam layaknya Ibunda Fatimah Azzahra?
***
Siapa sih yang tidak pernah jatuh cinta? Pasti sebagian besar atau bahkan seluruh manusia pasti mengatakan pernah. Iya ‘kan?
Jatuh cinta adalah rasa yang bisa menghinggapi siapa saja tanpa terkecuali. Perasaan itu tidak salah, bahkan hal tersebut adalah fitrah sebagai manusia. Tidak seorang pun yang kuasa menolak rasa cinta. Tidak tahu jatuh cinta sebelum menikah atau pun jatuh cinta setelah menjadi pasangan sah, yakni sebagai suami istri.
Jika engkau jatuh cinta setelah menikah, maka itu adalah rasa yang patut disyukuri karena sangat dianjurkan menumbuhkan rasa cinta pada pasangan. Namun, lain lagi kalau perasaan jatuh cinta tumbuh sebelum adanya pernikahan. Perlu diintropeksi karena memang belum waktunya.
Saat bunga-bunga cinta terus bermekaran dan semakin memenuhi rongga dada, belum lagi godaan sekitar yang banyak berdatangan. Aroma kebahagiaan terlihat dari pasangan-pasangan yang menjalin hubungan secara tidak halal terlihat semakin memikat.
Ketika rasa cinta sudah mencapai puncaknya dan tidak dapat tertahan, Iblis turut bermain peran untuk masuk ke dalam pikiran. Mencari celah untuk menggoda pihak pria mau pun wanita dan pada akhirnya mereka terperangkap dalam hubungan yang dinamakan pacaran. Tidak jarang mereka yang katanya sudah ngaji pun, ikut terjebak dalam hubungan terlarang ini.
Meski demikian, masih banyak yang tetap bertahan di balik tembok iman. Lebih mengedepankan rasa takut kepada Allah Ta’ala dari pada godaan setan. Memilih bangun di tengah malam, merintih meminta kepada Tuhan agar diberikan jodoh yang terbaik menurut pilihan-Nya.
Wahai Salihah ....
Jika rasa itu sudah terlanjur tumbuh di hatimu, ada dua cara yang bisa engkau lakukan untuk mendapatkan titik terang. Tidak ada salahnya jika dirimu memilih diantara keduanya, karena semua sudah ada contoh tuntunan dari wanita-wanita mulia terdahulu.
1.Memendam Perasaan Sampai Tiba Waktunya Datang
Layaknya kisah cinta Ibunda Fatimah Azahra dengan Ali bin Abi Thalib yang mencintai dalam diam. Putri kesayangan Rasulallah Salllahu ‘Alaihi Wassalam ini lebih memilih menyembunyikan perasaannya.
Bahkan, setan pun tidak tahu apa tentang apa yang beliau sembunyikan di dalam hati dan ternyata cinta itu tidak bertepuk sebelah tangan. Atas izin Allah Ta’ala Ali bin Abi Thalib pun datang melamar.
Begitu juga saat kau memilih memendam rasa seperti halnya Ibunda Fatimah Azzahra. Saat perasaan jatuh cinta itu sudah menancap kuat di hatimu. Maka, mintalah petunjuk kepada Allah Ta’ala.
Tumpahkan segala isi hati dan perasaanmu di dalam sujud dan do’a di sepertiga malam terakhir. Ceritakan semuanya kepada-Nya, serta minta petunjuk untuk menguatkan keyakinan.
Sebisa mungkin engkau tidak memupuk perasaan itu terlalu jauh, sampai ada ikatan yang halal yakni sebuah pernikahan. Biarlah Allah Ta’ala yang mengatur skenario hidupmu, jika memang dia yang terbaik pasti engkau dan dirinya akan dipersatukan dengan cara-Nya sendiri.
Jangan coba sekali-sekali keluar dari garis yang sudah Allah Ta’ala tentukan. Misalnya menjalani hubungan terlarang, seperti berpacaran. Tidak! Itu bukan cara yang dibenarkan dan sudah pasti Allah Ta’ala tidak ridho.
2.Mengungkapkan Perasaan Secara Nyata
Kalau pun engkau tidak bisa menahan perasaan. Semakin lama rasa itu semakin menyiksa hatimu. Maka, tidak salahnya jika engkau mengungkapkan apa yang memenuhi rongga dadamu. Itu bukanlah perkara yang memalukan.
Baca Juga
- Macam-macam Ujian di Dalam Pernikahan dan Tips Menghadapinya
- Ketika Pernikahan dilanda Perselisihan, Inilah Adab-adab Bertengkar dengan Pasangan!
- Ibarat Berlian di Tengah Bebatuan, Inilah Ciri Wanita Langka yang Sulit ditemukan
- Apapun Ujian yang Datang, tidak Semuanya Harus dipublikasikan
- Wanita itu Lemah Lembut, Bukan Lemah tak Berdaya
Bisa saja engkau menyampaikan perasaanmu ini melalui perantara. Meminta bantuan orang tua, saudara atau orang-orang terdekat yang dapat dipercaya.
Akan tetapi, sebelum melangkah pikirkan matang-matang. Engkau pun harus siap menanggung resiko apabila terjadi penolakan.
Jika engkau belum mampu atau merasa belum siap untuk ditolak, berarti dirimu harus melupakan rasa tersebut. Biarkan saja Allah yang mengatur siapa dan di mana jodohmu akan bertemu.
Wahai Salihah ....
Perlu diingat! Sebelum engkau melabuhkan rasa dan pilihan itu, sudah selayaknya orang yang engkau tuju adalah pemuda yang Allah Ta’ala ridhoi agama dan akhlaknya. Itu merupakan kriteria penting yang harus dicari pada calon suami.
Ibarat sebuah kapal yang mengarungi lautan kehidupan. Tentu saja membutuhkan nakhoda kapal yang tangguh dan penuh ilmu untuk menaklukkan ganasnya badai yang menerjang.
Wahai Muslimah ....
Jangan sampai engkau dibutakan oleh rasa cinta, lalu menjadi buta pula mata dan hatimu. Kemudian tanpa sadar, dirimu memilih pemuda buruk yang menjadi pelabuhan terakhirmu dalam mengarungi bahtera rumah tangga.
Berhati-hati dalam memilih dan melabuhkan hati. Perbanyaklah ilmu syari untuk bekal dalam mengarungi mahligai rumah tangga, karena perjalanan itu panjang.
Pria yang kau pilih sebagai pendamping hidupmu bukanlah seseorang yang bersamamu sehari atau dua hari, melainkan sosok yang akan menemani setiap denyut kehidupanmu atau mungkin sampai maut memisahkan kalian berdua.
Jangan mudah baper alias terbawa perasaan melihat pasangan suami istri yang sering mengumbar kemesraan baik di dunia nyata mau pun di dunia maya.
Lantas dirimu buru-buru melabuhkan pilihan tanpa diseleksi terlebih dahulu, yang ada dalam pikiran hanyalah hayalan manisnya saja.
Ingat!
Seseorang yang engkau pilih bukan hanya untuk kepentingan di dunia belaka, melainkan dia yang akan menuntun kearah jannah-Nya. Di mana tangan kokoh itu nanti menggenggam erat tanganmu, saat engkau jatuh dalam kekhilafan.
Lisannya akan menegurmu saat engkau berbuat kesalahan. Serta nasihat darinya pula, yang selalu menguatkanmu untuk mempertebal iman kepada Allah Ta’ala.
Tentu hal yang membahagiakan saat salah satu dari kalian sedang berjuang untuk menghadap sang pencipta, pasanganmu atau dirimu saling mendampingi. Membisikkan kalimat thayyibah sebagai ucapan yang terakhir keluar dari lisan.
Siapa pun yang engkau pilih kelak semoga dia tidak hanya menjadi pasanganmu di dunia saja, melainkan juga di akhirat kelak.
Semoga aku dan kamu serta seluruh muslimah di dunia ini diberi keistiqomahan dalam keta’atan.
Author: Aisyah Nantri
Selamat membaca di Catatan Pena Aisyah dan semoga ada manfaat yang didapat.
Post a Comment for " Dilema Ketika Muslimah Jatuh Cinta, Lebih Memilih Memendam Rasa atau Mengungkapkan Secara Nyata?"
Disclaimer: Semua isi konten baik, teks, gambar dan vidio adalah tanggung jawab author sepenuhnya dan jika ada pihak-pihak yang merasa keberatan/dirugikan silahkan hubungi admin pada disclaimer untuk kami hapus.