Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Terbuai Dalam Lamunan, Takdir Milik Allah Episode 7

Baca Novel Gratis Religi dan Motivasi Pelajaran Kehidupan


Ketika pikiran sudah dimainkan oleh perasaan, terkadang apa yang di depan mata bisa terabaikan.

*** 

Pandangan Nayra mengarah ke luar jendela kelas, membentur lapangan bola yang memang berada di tengah-tengah sekolah. Letak kelas yang berbentuk L membuat lapangan itu menjadi pusat perhatian.

Tiang bendera yang tegak di sana, seakan-akan sebuah jalan yang menuju ke langit di atas sana. Pikiran gadis itu masih tertuju pada Arga.

“Nayraa.”

“Nayraa!”

Tok-tok-tok!

Suara ketukan itu membuyarkan lamunan Nayra, Pak Anton sudah berdiri di depannya sambil membawa penggaris panjang.

“Eh, i-iya, Pak Anton,” ucap Nayra gugup. Dia terkejut karena terlalu asyik melamun sampai tidak menyadari kehadiran Pak Anton. Murid lain mulai berbisik dan terdengar ribut.

“Apa ada hal menarik di depan sana sampai kamu tidak mengindahkan panggilan Bapak?” tanya Pak Anton, melihat ke luar mengikuti arah pandangan Nayra tadi.

“Eh, gak ada, Pak. Saya hanya melamun karena lapar,” kilah Nayra.

Anak-anak menjadi ramai menyoraki jawaban yang gadis itu berikan.

“Huuuh! Makanya punya uang biar bisa jajan.”

“Nayra berharap ada makanan jatuh dari langit, Pak.”

“Ada-ada aja si Nayra bikin malu.”

Tok-tok-tok!

Pak Anton kembali mengetukkan penggarisnya. “Anak-anak diam!”

Tidak ada lagi yang bersuara, mereka hanya berbisik satu dan yang lain memperhatikan Nayra yang mulai merasa tidak nyaman.

“Kamu mengerti apa yang barusan Bapak jelaskan?” tanya Pak Anton.

“Saya ... anu, Pak.”

“Maju ke depan kelas, kerjakan nomor satu menggunakan rumus yang Bapak terangkan tadi kemudian jelaskan!” perintah Pak Anton memberikan sebuah buku Matematika.

Nayra mengambil buku yang Pak Anton berikan dengan tertunduk dan agak gemetar. Jarak kursi dari tempatnya duduk menuju papan tulus terasa begitu jauh, langkahnya agak berat dan tidak bersemangat. Pak Anton mengikuti dari belakang memperhatikan gerak-gerik gadis itu.

Angka-angka di buku itu membuat Nayra mendadak pusing, dia bingung harus menulis apa. Dari tadi dirinya sama sekali tidak mengikuti penjelasan Pak Anton.

Butir-butir air mulai mengalir di pelipisnya, keringat dingin mulai membasahi. Belum pernah Nayra berada di posisi ini. Meski dia bukan murid yang pintar, tetapi gadis itu selalu bisa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru.

Waktu terus berjalan, tak satu pun tulisan yang Nayra tuliskan di papan tulis.

“Bagaimana, Nayra? Sudah berapa menit berlalu kamu belum juga menyelesaikan tugasnya, bahkan tak ada satu pun angka yang kamu tulis. Hanya memandangi buku dan papan tulis bergantian.” Suara Pak Anton terdengar tidak sabar.

“Na-Nayra tidak mengerti rumusnya, Pak,” sahut Nayra takut-takut.

“Terus apa yang kamu mengerti? Bapak menjelaskan dari tadi kamu bukannya menyimak malah asyik melamun.”

Nayra tertunduk memandangi ujung sepatu, dia tidak berani menatap ke depan. Cindy tertawa kecil melihat Nayra yang dipojokkan Pak Anton.

Rasa tidak suka Cindy kepada Nayra semakin tumbuh saat siswi arogan itu melihat Nayra dan Arga bersama ketika di klinik pengobatan. Diam-diam ada rencana jahat di hatinya untuk menjahili Nayra.

“Kalau Nayra tidak mampu mengerjakannya, saya bisa, Pak.” tawar Cindy.

“Silahkan, Cindy,” suruh Pak Anton.

Cindy maju ke depan kelas dan sengaja menginjak kaki Nayra.

“Aduh ...,” keluh Nayra.

“Maaf, Nay, tidak sengaja. Sakit, yah?” tanya Cindy menyamarkan senyum sinisnya.

“Gak apa-apa.” Nayra hanya bisa memendam kegusarannya terhadap Cindy.

Dia menyadari kalau Cindy sengaja melakukan itu, tetapi dia menahan diri untuk tidak membalas. Nayra hanya bisa menggeserkan posisinya agar menjauh dari siswi arogan itu.

Cindy mengerjakan soal yang Pak Anton berikan dengan cepat.

“Bagus Cindy,” puji Pak Anton, “Nayra keluar, berdiri di lapangan dan beri hormat ke bendera sampai jam pelajaran selesai.”

“Baik, Pak. Permisi.” Nayra keluar dari kelas untuk menjalani hukuman.

“Yang lain kalau mau dihukum silahkan mengabaikan apa yang Bapak sampaikan. Kalian duduk di sini untuk belajar bukan untuk melamun dan bermain-main.

Gunakan waktu di sekolah ini untuk menuntut ilmu. Waktu kalian singkat hanya tiga tahun. Jangan merugikan diri sendiri menghabiskan waktu, tetapi tidak mendapat apa-apa,” petuah Pak Anton menggema memenuhi ruang kelas itu.

Cuaca di luar sangat panas, sinar matahari membuat kulit terasa seperti terbakar. Tenggoran Nayra mulai kering, suasana seakan-akan ikut mendukung memberi gadis itu hukuman.

“Ayah, Ibu, maafkan Nayra. Nayra belum bisa membuat kalian bangga. Nayra janji ini terakhir kalinya membuat kalian kecewa.” Batinnya terus menggumam sembari memberi hormat pada bendera yang berdiri tegak di tengah lapangan. 

Nayra berharap ada pangeran berkuda yang melintas di langit lalu turun menjemputnya. Mengajak gadis itu ikut bersama sang pangeran menuju taman di langit, bertemu bidadari di gerbang istana.

Dijadikan permaisuri oleh pangeran itu dan hidup bahagia selama-lamanya seperti cerita di negeri dongeng.

Nayra larut dalam keheningan yang dia ciptakan, hingga tidak menyadari bel pulang sudah berbunyi. Anak-anak berhamburan keluar kelas masing-masing. Cindy bersama Dona dan Laura menghampiri gadis itu.

“Eh, udik. Kasihan banget hidup kamu, sudah jatuh tertimpa tangga. Kayaknya dirimu penuh dengan kesialan, deh. Sama aku peringatkan kamu, jauhi Kak Arga!” Cindy mendorong bahu Nayra dengan kasar.

Nayra menelan saliva dan membalas mendorong Cindy. “Oh, iya, urusan kita belum selesai. Cindy, kamu harus mengakui kalau dirimu yang memfitnah aku berbuat curang dan kamu juga yang mengunciku di toilet. Lagian apa urusan kamu menyuruh aku menjauhi Kak Arga?”

“Karena aku dan Kak Arga sudah dijodohkan, paham kamu!”

“Baru dijodohkan belum menikah ‘kan? Bukannya kamu dengar sendiri kalau Kak Arga menolak untuk kamu mencampuri setiap urusannya,” tukas Nayra.

Cindy menjadi berang dan ingin menarik rambut panjang milik Nayra.

“Eh, diem! Cindy, ada Kak Arga ke sini, tumben kamu disamperin, ciyee ...,” goda Laura pada Cindy.

Cindy mengurungkan niatnya siswi bertubuh semampai itu senyum-senyum sendiri. Ada raut bahagia di wajahnya, dia sangat berharap mendapat perhatian dari Arga. Namun, yang terjadi malah kebalikannya. Arga menepuk lembut bahu Nayra.

“Nay, ngapain kamu berdiri di sini?” tanya Arga.

“Aku dihukum karena tidak bisa mengerjakan tugas, Kak,” sahut Nayra.

“Kok, kamu dihukum terus? Makanya kalau sekolah yang bener, jangan kebanyakan melamun. Ayo, pulang! Ini udah bel atau mau nginep di sini?” kata Arga.

“Iya, tadi terlalu fokus lihat bendera sampai gak denger bunyi bel.”

“Kuantar, yah, Nay. Sekalian aku mau ketemu teman di daerah rumahmu.”

 “Kak Arga serius mau mengantar Nayra pulang? Tante Mirna minta Kak Arga menjemput Cindy, kami mau ke salon bareng hari ini. Ini pesan dari Tante Mirna.” Cindy memberikan telepon genggamnya kepada Arga.

“Cindy, kamu bisa pulang sendiri atau minta supir yang menjemput. Sepulang mengantar Nayra aku masih ada urusan, tadi aku sudah bilang sama Mama,” sahut Arga.

“Tapi, Kak ....”

“Sudah, kamu pesan taksi online saja,” usul Arga.

Cindy memasang wajah keberatan, Nayra menjadi serba salah.

“Kak Arga tidak usah mengantarku pulang, biar aku naik angkot saja,” tolak Nayra.

“Biar sekalian lewat, Nay. Pokoknya kamu tunggu di sini, aku ambil motor dulu.”

“Kak--”

Arga tidak memedulikan penolakan Nayra.

“Ayo, naik! Jangan melamun.”

Nayra duduk membonceng di belakang Arga diikuti tatapan Cindy yang menahan amarah, dia tidak terima Arga lebih memilih mengantar Nayra dari pada dirinya.

“Nayra, kamu semakin berani menabuhkan genderang perang untuk melawanku. Tunggu apa yang akan kulakukan untuk membalasmu,” gumam Cindy.

#Bersambung.... 


Author: Aisyah Nantri 

Sumber pict: Pixabay


Selamat membaca di catatan pena Aisyah dan semoga ada manfaat yang didapat. 



2 comments for "Terbuai Dalam Lamunan, Takdir Milik Allah Episode 7"

  1. Sangat mendidik,dan sangat bermanfaat tuk para remaja

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih
      Selamat membaca di catatan pena Aisyah dan semoga ada manfaat yang didapat.

      Delete