Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Do’a adalah Cinta Paling Tulus, Pernikahan adalah Bukti Paling Serius

Bukti Cinta yang Paling Nyata




Catatan Pena Aisyah – Katanya cinta, kok gak berani datang ke orang tua. Katanya sayang, diminta ke jenjang yang lebih serius, kok malah menghilang.

Itu cinta beneran atau hanya sekedar tebar gombalan?

Wanita itu perlu bukti, bukan hanya makan janji. Kalau memang cinta jangan cuma sebatas kata-kata.

Buktikan!

Bukti paling serius dari sebuah ungkapan cinta adalah dengan pernikahan. Cinta paling tulus saat belum disatukan adalah dengan saling mendo’akan.

Menikah memang tidak semudah yang dilontarkan sebagian orang, tetapi tidak pula sesulit yang dibayangkan.

Mudah dan sulit itu tidak akan pernah terpisah, layaknya pergantian siang dan malam.

Rahasia di Balik Penantian


Di balik rasa resah, ada yang mengagumi dalam diam. Tak berani mendekat karena khawatir saling menumbuhkan harap.

Di balik rasa gelisah, ada yang mengamati setiap gerak langkah. Tak berani menyapa, tetapi menggenggam nama melalui do'a

Di balik rasa khawatir, ada air mata yang membanjir. Tak berani menatap dan menyerahkan hasil akhir sebagai sebuah takdir.

Lauh Mahfudz, rahasia yang tersimpan tanpa bisa disentuh oleh tangan.

Bisa saja engkau dan dia saling merindukan, hanya butuh waktu dan kesabaran.

Lambungkan Do’a Sebagai Bentuk Pengharapan


Ketika raga belum mampu untuk meraih apa yang dimau, maka hanya do’a yang menjadi pesan terindah agar Allah menyatukan dirimu dengan dirinya.

Bisikan lirih, air mata di pipi, serta harapan di hati, suatu saat akan terwujud dengan wujud yang paling indah dan membahagiakan.

Butir-butir do’a yang dilantunkan tidak akan menjadi sesuatu yang sia-sia.

Jika harapanmu belum menjadi nyata, maka realita yang Allah beri lebih baik dari segala pinta.

Jangan pernah berhenti, apalagi menyesali takdir yang sudah terjadi. Terus lambungkan do’a hingga menjadi sebuah kebutuhan yang harus dilakukan.

Kita ini lemah, kita ini tidak berdaya. Hanya Allah yang mampu menolong hamba-Nya. Rendahkan diri di hadapan Allah. Kosongkan segala bentuk kesombongan kalau kita lebih tau dibandingkan Dia.

Cinta Tulus atau Hanya Modus?


Bentuk cinta yang paling buruk adalah ketika dua insan menjalin hubungan selama bertahun-tahun, tanpa adanya ikatan pernikahan.

Tidak ada yang bisa diharapkan dari seorang pria yang hanya mampu mengobral janji. Namun, tidak tahu kapan akan menepati.

Ngakunya cinta tulus, rupanya hanya modus.

Kalau memang dia cinta, dia akan berjuang untuk menghalalkan dan membuktikan dengan pernikahan. Bukan mengajak kesana kemari, menyentuh sana sini. Kemudian berlalu mencari mangsa yang baru.

Bahkan, untuk memegang tangan wanita yang bukan mahramnya, tidak akan pernah dilakukan oleh seorang pria yang beriman. Dia lebih takut kepada Allah, dibanding mengikuti hawa nafsu semata.

Jadilah wanita cerdas, yang bisa membedakan mana pria yang tulus dan mana pria yang modus.

Obat Penawar Ketika Jatuh Cinta


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَمْ يُرَ لِلْمُتَحَابَّيْنِ مِثْل النِّكَاحِ

“Tidak ada obat penawar bagi dua orang yang sedang jatuh cinta, selain pernikahan” (HR. Ibnu Majah no. 1847)


***

Cinta tidak bisa diungkapkan dengan sebatang cokelat, tetapi mengajak untuk bermaksiat. Tidak bisa dipendam dalam kalbu, tetapi memikirkan dengan penuh nafsu.

Cinta harus diobati agar tidak sampai merusak hati. Dan obat paling mujarab untuk mereka yang sedang jatuh cinta adalah dengan ikatan yang sah, yaitu pernikahan.

Kita harus berhati-hati dalam melabuhkan rasa. Karena ketika cinta sudah melanda, maka hal yang buruk pun akan terlihat indah.

Di situ tidak lagi terpikir apa yang dilakukan benar atau salah. Melainkan, hanya kebahagiaan semu yang berujung pada perbuatan tercela.

Bangun Batasan Sebelum Ada Ikatan


Tubuhmu, hatimu, pikiranmu, akan sia-sia jika hanya terfokus kepada pria yang belum menjadi suamimu.

Sebelum dia datang menemui keluargamu, sebelum dia datang menggenggam tangan walimu. Jangan berikan dia kesempatan untuk leluasa bersama dirimu.

Bangun batasan.

Bukan suatu kesombongan bagi seorang wanita memberi jarak pada pria yang bukan mahramnya. Justru itu adalah sebuah kemuliaan karena dia begitu menjaga harga dirinya.

Tidak perlu khawatir jodohmu akan menjauh, perputaran takdir tidak mungkin meleset dari garis edarnya.

Siapa pun yang menginginkanmu, dia harus tahu bagaimana cara yang benar untuk mencapai tujuannya itu.

Pria yang hanya mengedepankan hawa nafsu semata, memang akan terlihat lebih menggoda. Dia akan menghujani wanita yang diincarnya dengan rayuan manis, tetapi berakhir sadis.

Berbeda dengan pria beriman yang takut akan Tuhan. Dia memilih diam, memperjuangkan dari jauh, melangitkan do’a, membumikan ikhtiar. Dan datang menjemputmu secara ksatria melalui sebuah akad yang sah.

Pilihlah Pria yang Pantas Dipatuhi


Muhasabah sebelum meneruskan langkah, nafsu atau cinta yang lebih tinggi bertahta?

Libatkan Allah dalam setiap urusan, termasuk ketika jatuh cinta. Jangan jatuh cinta hanya karena terbawa perasaan, tetap kendalikan diri sebelum terjadi penyesalan.

Wanita yang memilih pria untuk dijadikan imam diibaratkan memilih surga dan neraka dalam hidupnya.

Jika dia memilih nahkoda yang salah, maka kapal pernikahan akan karam di tengah laut kehidupan. Atau malah justru akan tersesat jauh dari tempat tujuan.

Pilihlah pria yang pantas dipatuhi seumur hidup, yang mampu menjadi pemimpin untuk meraih ridho Allah. Bukan pria yang justru membawa ke jurang bencana, mempunyai akhlak buruk lagi membuat Allah murka.

Jangan membuat PR baru dalam rumah tangga. Sudah tahu pria yang datang tidak baik, malah diterima dan berkeyakinan dia akan berubah.

Karakter seseorang itu akan sulit berubah jika dia tidak punya keinginan untuk berubah.

Sabar dan Serahkan Kepada Allah


Bersabarlah dalam penantian, karena sesuatu yang dilakukan dalam keadaan tergesa-gesa pada akhirnya akan membawa pada jurang kebinasaan.

Upaya dan usaha yang dilakukan karena Allah sudah pasti menimbulkan rasa bahagia.

Lewati kesendirian dengan menumbuhkan ketakwaan di dalam dada, isi hari-hari dengan meningkatkan ibadah kepada Allah.

Buktikan kalau rasa cinta kepada Allah lebih besar daripada rasa cinta kepada mahluk-Nya.

Saat hati mengalami rasa sakit yang berkepanjangan. Maka, obat yang paling mujarab adalah dengan mengingat Tuhan.

Mata boleh saja menangis, hati boleh saja teriris, tapi jangan pernah menyalahkan keadaan.

Jika semua orang meninggalkan. Cukup Allah yang menjadi tempat berdiam.

“Ya Allah, aku milik-Mu. Berilah aku keikhlasan untuk menerima semua takdir-Mu. Cukup Engkau yang bertahta di hatiku.”

Catatan Pena Aisyah – Sahabat Aisyah, lelahnya menanti jodoh tak seberapa dibanding lelahnya menikah dengan orang yang salah. Maka, bersabarlah...

Do’a-do’a yang kamu lambungkan di atas sana, suatu saat akan kembali dalam bentuk yang paling membuat bahagia.

Tak perlu mengejar dengan cara yang tidak dibenarkan. Biarkan pria yang menjadi jodohmu membuktikan cintanya dengan bukti paling nyata dan bukti paling serius.

Keep smile, Salihah.

Dirimu kuat, dirimu hebat.

Jangan mau kalah oleh godaan setan yang menyesatkan.

Post a Comment for " Do’a adalah Cinta Paling Tulus, Pernikahan adalah Bukti Paling Serius"