Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Melabuhkan Harapan Hanya kepada Allah – Catatan Pena Aisyah

Hanya Allah Sebaik-baiknya Tempat Berharap




Tips dan Motivasi - Allah adalah sebaik-baiknya tempat berharap. Ketika kita melabuhkan harapan hanya kepada Allah semata, maka tidak akan ada rasa kecewa. Karena apapun yang terjadi, kita percaya bahwa itulah yang terbaik.

Tidak ada yang lebih membahagiakan, selain menyerahkan semuanya pada sang Pemilik Semesta ini. Menyandarkan hidup dan mati hanya kepada-Nya. Hati terasa tenang, tatkala ujian atau nikmat datang menghampiri.

Berbeda ketika kita berharap kepada makhluk. Pasti ada rasa tidak terima di saat apa yang menjadi harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Dan tentu saja tidak ada satu pun, makhluk yang dapat menjamin segala pinta kita untuk dapat terwujud.

Allah adalah tempat terbaik untuk menyandarkan segala bentuk pengharapan. Baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Baik dalam keadaan susah maupun senang. Dia tidak pernah menolak hamba-Nya mengadukan semua keluh kesah.

Bahkan, Allah tidak pernah meninggalkan kita, di saat kita tidak patuh terhadap perintah-Nya. Lalai dalam menjalankan kewajiban yang telah ditetapkan. Tidak pula langsung memberi hukuman, tatkala kita melakukan kesalahan.

Begitulah cinta Allah kepada hamba-Nya. Oleh sebab itu, sudah sepatutnya kalau seluruh jalan hidup dan pengharapan ini diserahkan kepada-Nya saja. Terserah Dia, akan dibawa ke mana diri ini. Kita cukup menjalani sesuai kodrat tanpa keluar dari syariat yang telah ditetapkan.

Cukuplah Allah Bagiku


Apa yang membuat kita begitu angkuh berdiri di atas muka bumi ini?


Harta yang berlimpah?
Kedudukan yang tinggi?
Prestasi yang membanggakan?
Atau mungkin fisik yang sempurna?

Mungkin hal di atas adalah salah satu faktor yang membangkitkan sisi kesombongan dari dalam diri kita. Tanpa kita sadari kalau semua yang kita punya adalah milik Allah.

Allah bisa mengambil nikmat itu kapan saja Dia mau. Dan sangat mudah bagi Allah untuk membalikkan keadaan. Menempatkan posisi hamba-Nya seperti yang Dia suka.

Walaupun Allah membiarkan kita mendapatkan kenikmatan atas kelebihan itu. Semua juga tidak ada artinya kalau Allah menjauh dari kehidupan kita. Bahkan, hal tersebut adalah bentuk hukuman yang paling menyakitkan.

Lebih baik diberikan ujian rasa sakit dan kesedihan, tetapi membuat iman semakin bertambah. Daripada mendapatkan kenikmatan dunia. Namun, justru membawa diri semakin lalai dan terbuai dari kewajiban sebagai seorang hamba.

Cukup Allah bagiku. Cukup Allah bagi kita semua. Biarkan saja dunia menjauh, asal kita menjadi hamba pilihan yang dicintai-Nya.

Tidak perlu mengharapkan siapa pun atau makhluk mana pun untuk memberikan rasa bahagia, karena semua sudah dalam genggaman Allah Ta’ala.

Cukup dekati Dia, cukup Dia yang bertahta di hati kita. Jangan coba-coba menduakan kedudukan-Nya dengan apa pun, karena itulah asal mula pangkal derita dan rasa kecewa.

Bersama Kesulitan, Ada Kemudahan


Perjalanan hidup ini bukanlah suatu hal yang bisa diprediksi lika-likunya seperti apa. Akan ada tawa, akan ada pula luka.


Jika bisa memilih, tentu kita akan lebih memilih mendapat kesenangan dibanding dengan kesedihan. Namun, apalah daya. Status kita hanya hamba yang mau tidak mau, siap tidak siap, harus menerima skenario yang telah digariskan-Nya.

Tinggal kita saja mempersiapkan diri untuk menghadapi apa yang akan terjadi. Saat kesenangan itu datang, jangan terbuai oleh kenikmatan. Dan sebaliknya, saat duka yang datang, maka jangan tenggelam oleh kesedihan.

Kita harus pandai mengelola hati agar tetap berdiri tegak tanpa takut tumbang, tanpa khawatir melayang tanpa arah.

Mungkin mudah bagi kita menerima kesenangan, tetapi bagaimana bila duka yang datang? Mampukah kita untuk tetap menjadi hamba yang pandai bersyukur? Mampukah kita untuk tidak menjadi hamba yang kufur?

Banyak yang merasa kecewa dan menganggap Allah itu tidak adil ketika diuji dengan rasa sakit serta kesulitan. Padahal, sudah Allah katakan bahwa di setiap kesulitan pasti ada kemudahan.

Manusia terlalu sombong atas kemampuannya, dan terkadang lupa kalau semua itu milik Allah. Sehingga di saat dia lapang, dia merasa semua itu dia dapatkan atas kerja kerasnya. Di saat dia gagal, dia menyalahkan Tuhan tidak mau membantunya.

Kalau saja kita mau jujur terhadap diri sendiri. Bukan Allah yang tidak mau membantu, tetapi kita yang tidak mau datang. Mudah bagi Allah untuk mengabulkan apa yang kita minta, tinggal kita mau atau tidak mengikuti apa yang Dia perintah.

Pertolongan itu Pasti Datang


Kita pasti pernah berada di titik terendah di dalam kehidupan ini. Tidak tahu lagi akan ke mana, tidak tahu lagi akan berbuat apa. Merasa buntu dan beku. Segala cara telah dilakukan, tetapi belum juga mendapat jalan untuk keluar dari permasalahan.


Lebih parahnya lagi, sebagian besar sempat berpikiran mengakhiri hidup, karena sudah merasa tidak sanggup lagi melewatinya. Tekanan yang didapat terasa semakin menyudutkan, belum lagi bisikan setan semakin menggoyahkan iman.

Itu semua karena kita memang belum menyerahkan semuanya kepada Allah. Khawatir dengan apa yang telah Allah janjikan. Tidak yakin terhadap pertolongan-Nya.

Padahal kalau kita mau berserah diri, pertolongan itu pasti datang. Tidak ada yang mampu menolong selain Allah. Tidak ada yang mampu membuat diri kita tenang selain menyerahkan segala urusan hanya kepada-Nya.

Banyak dari kita ketika melihat pencapaian seseorang, cuma tahu hasilnya saja. Tanpa mau tahu jalan seperti apa yang sudah di lewati orang tersebut, sehingga berada di titik itu. Merasa diri saja yang diuji dengan rintangan, dan orang lain tidak.

Mereka pun sama dengan kita, sama-sama diuji sebelum naik tingkatan yang lebih tinggi. Atau mungkin malah lebih berat ujiannya dibanding kita.

Jadi, kalau saat ini kita berada di titik terendah. Jangan menyerah dan jangan merasa putus asa, karena cepat atau lembat pertolongan itu pasti akan datang. Entah lewat siapa, entah dari mana jalannya.

Tugas kita hanya berusaha semaksimal mungkin, sesuai kemampuan yang kita punya. Lalu serahkan hasilnya kepada Yang Maha Kuasa.

Kerugian Berharap Selain Kepada Allah


Adalah sebuah kesia-siaan apabila kita berharap mendapat pertolongan dari sesuatu yang menolong dirinya saja tidak mampu. Rugi, sungguh rugi karena menghabiskan waktu dan tenaga hanya untuk sebuah pengharapan yang tidak pada tempatnya.


Misalnya kita menaruh harapan kepada manusia, iya kalau dia mau sedikit bersimpati untuk menampung keluhan kita. Sekali dua kali mungkin dia masih welcome, menerima dengan senang hati, tetapi belum tentu selanjutnya.

Akan ada rasa bosan mendengarkan apa yang kita bicarakan, akan ada rasa jenuh untuk memberikan bantuan. Belum tentu juga kita akan merasa puas dengan solusi yang diberikan. Karena kemampuan manusia itu terbatas dan mereka pun bukan diciptakan untuk menyelesaikan segala urusan.

Namun, berbeda dengan Allah. Semakin kita sering meminta dan merengek manja, semakin Dia merasa senang. Bahkan, untuk urusan remeh sekali pun kita dianjurkan untuk melibatkan-Nya.

Sering kali kita yang lupa, datang kepada Allah hanya ketika sudah tidak ada jalan lain lagi. Padahal harusnya sebelum melangkah, kita lebih dulu meminta pada-Nya jalan seperti apa yang harus kita tempuh.

Libatkan Allah di setiap urusan.

Menaruh harapan kepada Allah akan menumbuhkan rasa bahagia. Menaruh harapan kepada selain Allah hanya akan mengukir rasa kecewa.

Teruslah berbenah diri. Berproses menjadi hamba yang selalu membutuhkan pertolongan-Nya saja. Sampai Tauhid ini melekat di hati, hingga tidak bisa terganti oleh apa pun lagi. Semoga kita bisa berkumpul di dalam Surga, mendapat kenikmatan memandang indahnya wajah Allah Ta’ala.

Aamiin, ya Mujib.


Author : Aisyah Nantri

“Menulis adalah caraku bercerita kepada dunia.”

Selamat membaca di catatan pena Aisyah dan semoga ada manfaat yang didapat.

Post a Comment for "Melabuhkan Harapan Hanya kepada Allah – Catatan Pena Aisyah"