Jangan Menikah Hanya karena Putus Asa
Nasihat Indah untuk Wanita yang Ingin Menikah
Pixabay
Tips dan Motivasi Canasyah - Untuk wanita mana pun yang membaca tulisan ini, yang tengah mendambakan sebuah ikatan pernikahan, semoga Allah segera mewujudkan impianmu. Memudahkan langkah ke arah sana. Serta memberikan kebahagiaan yang tiada tara. Aamiin ya, Mujib.
Seberat apapun beban yang ada di pundakmu saat ini, tetaplah berdo’a dan berusaha. Meski waktu yang bergerak tidak bisa dihentikan. Angka usia akan terus bertambah, tetapi jangan pernah merasa lelah. Lalu putus asa dan berbalik arah, kemudian pelan-pelan menjauh dari Yang Maha Kuasa. Tetaplah berdiri tegak, yakinlah engkau mampu melewati ini semua. Tidak perlu merasa risau dan ragu akan pertolongan yang akan Allah beri, karena itu pasti.
Jangan lemah dan mau kalah terhadap godaan setan yang selalu berdatangan. Dirimu tidak sendiri. Buka mata dan telinga. Edarkan pandangan! Di luar sana, banyak wanita yang lebih merasakan nestapa, karena salah dalam mengambil langkah. Merasa sebuah pernikahan adalah jalan untuk menyelamatkan diri dari gunjingan orang. Terburu-buru memilih pasangan, tanpa memikirkan apakah pria tersebut layak atau tidak untuk dijadikan imam.
Berapa banyak pula wanita yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Melabuhkan pilihan hati kepada sembarang pria. Demi sebuah posisi yang merubah status single menjadi menikah. Tidak mencari tahu sifat dan keseharian calon suami seperti apa. Akhirnya masuk ke dalam lubang kesalahan. Nyatanya, pria yang dipilih seorang yang mempunyai sifat arogan dan suka main tangan. Sesal tiada guna. Waktu tidak bisa dikembalikan seperti sedia kala.
Serta berapa banyak pula yang kehidupan rumah tangganya merana. Merasa tidak kuat lagi menghadapi tekanan dari luar. Akhirnya melarikan diri ke dalam pernikahan. Menganggap dengan menikah setiap permasalahan akan selesai dan tidak akan pernah ada. Tanpa tahu kalau di dalam rumah tantangan akan semakin besar, melebihi sebelumnya.
Tidak siap mental. Terkejut dengan kenyataan yang ada. Lalu kembali ingin berlari, menjauh untuk mencari cara bahagia yang baru. Ujung-ujungnya perpisahan menjadi solusi. Menyemarakkan dunia pernikahan dengan fenomena kawin cerai. Padahal perceraian adalah perkara yang sangat dibenci oleh Allah, walau pun dihalalkan.
Sebagai wanita muslimah, kita harus tangguh. Meski gelombang zaman terus menerpa, jangan mudah terpengaruh. Harus punya pendirian. Menikah bukan sesuatu yang mudah, bukan pula sebagai ajang coba-coba. Cepat atau lambat kita menemukan pasangan, tidak menjamin suatu kebahagiaan. Ini bukan sebuah perlombaan, tidak perlu bergegas seolah-olah siapa cepat dialah yang menang.
Jangan menikah hanya karena putus asa. Tertekan oleh usia yang semakin bertambah, desakan orang tua dan kerabat yang sering kali menghampiri, atau pedasnya omongan tetangga yang membuat telinga memerah. Dan lebih parahnya lagi, karena merasa lelah menghadapi kerasnya dunia.
Alangkah lembeknya diri, kalau alasan-alasan itu membuat keinginan untuk menikah semakin menggebu-gebu. Padahal diri masih rapuh. Kurang ilmu. Belum ada bekal sedikit pun untuk mengarungi bahtera rumah tangga. Jangankan menjadi calon istri yang salihah, terkadang nasihat dari orang tua pun masih dibantah. Mau mendidik anak dengan dalih sebagai madrasatul al ula, padahal mengendalikan ego sendiri saja tidak bisa.
Belum lagi deretan problem sederhana yang tidak mampu diselesaikan sendiri. Hal-hal kecil saja sudah membuat runyam isi kepala, apalagi persoalan rumah tangga lebih menyita waktu dan tenaga. Tanyakan kepada diri sendiri. Sudah siapkah mendampingi suami menghadapi penatnya dunia? Sudah mampukah membawa diri untuk menjadi istri dan ibu salihah?
Buat apa terburu-buru melakukan sesuatu yang kita sendiri belum mampu. Melampaui kapasitas yang ada dalam diri, hanya karena ego dan gengsi. Merasa kalah karena terlambat menikah. Padahal kata lambat itu, manusia yang menciptakannya sendiri. Mematok batas usia untuk sebuah pernikahan. Seakan-akan bisa mengendalikan takdir yang sudah digariskan. Kita hanya hamba, tidak punya hak untuk mengatur setiap gerak-gerik dan alur kehidupan.
Tidak perlu galau melihat teman-teman sebaya yang sudah lebih dulu menikah. Semua sudah punya jalan takdirnya masing-masing. Menikah memang baik dan dianjurkan, tetapi bukan ajang perlombaan. Kita tidak perlu menggugat Tuhan. Menyalahkan keadaan karena belum juga menemukan pasangan. Coba ambil hikmah di balik itu semua.
Engkau jauh lebih beruntung, karena masih berada dalam penjagaan, meski sendiri menapak rindu dalam sepinya malam. Bukankah, ini adalah waktu yang tepat untuk mencurahkan cinta kepada Allah. Mempunyai kesempatan lebih banyak untuk berduaan dengan-Nya di sepertiga malam. Waktu dan kesempatan seperti saat ini tidak akan terulang lagi.
Tidak! Tidak akan sepenuhnya menghilang. Namun, sudah pasti berkurang. Membagi waktu yang tidak leluasa seperti dulu. Jika sebelumnya detik-detik dilewatkan bersama orang tua, ketika sudah menikah sudah pasti berganti. Suami dan anaklah yang menjadi prioritas
Bukan. Tulisan ini bukanlah pelarangan atau menjelekkan ikatan pernikahan. Tidak seperti itu! Pernikahan itu baik, dan semakin baik jika dipercepat dalam keadaan dan waktu yang tepat. Namun, bukan berarti kita harus mengejarnya layak sudah tujuan yang harus dicapai di dunia. Membuat diri menjadi lalai akan kewajiban sebagai seorang hamba.
Justru jadikan pernikahan sebagai ladang untuk mendulang pahala. Meraih ridho Yang Maha Kuasa melalui bakti kepada suami. Sebagai salah satu jalan untuk mencapai pintu jannah-Nya. Berarti kita harus sabar menempuh jalur ini. Kalau belum ditakdirkan menikah, ada banyak cara lain yang bisa dijalani.
Menikahlah dalam keadaan siap, bukan karena terdesak. Menunggu dalam ketakwaan sampai waktunya datang. Tidak ada kata terlambat karena semua memang sudah dicatat. Gunakan keadaan saat ini sebaik mungkin. Status single bukanlah suatu yang hina. Apalagi jika diri dihiasi dengan ketakwaan.
Jadikan penantian ini sebagai bentuk penyerahan diri kepada takdir Allah. Terserah Dia mau membawa engkau ke arah mana. Semua yang kita miliki adalah titipan-Nya. Kita tidak berhak mengatur jodoh kita siapa, jalan hidup kita seperti apa. Membaca pikiran sendiri saja kita tidak mampu, apalagi mengendalikan dunia.
Bersabarlah dalam penantian, tidak usah terburu-buru melabuhkan pilihan hanya karena desakan zaman. Menikah itu ibadah dan niatkan karena Allah. Jadikan setiap detik yang berlalu sebagai tabungan pahala atas kesabaranmu. Dia tahu atas segala apa yang telah engkau lalui. Setiap tetes air mata yang jatuh dalam sujudmu tidak akan terbuang percuma.
Sekali lagi, jangan biarkan rasa putus asa menjadi niat untuk mengawali pernikahan. Terlalu lemah jika suatu perkara mulia hanya dijadikan sebagai pelarian menghadapi penatnya dunia. Padahal membangun rumah tangga, seharusnya diniatkan untuk menyempurnakan separuh agama. Salah satu sarana untuk mendulang pahala hingga selamat sampai di pintu Jannah.
Semoga siapa pun yang membaca ini senantiasi meluruskan niatnya, hanya karena ingin meraih ridho Allah Ta’ala semata. Aamiin ya, Mujib.
Author : Aisyah Nantri
“Menulis adalah caraku bercerita kepada dunia.”
Selamat membaca di catatan pena Aisyah dan semoga ada manfaat yang didapat.
Post a Comment for "Jangan Menikah Hanya karena Putus Asa"
Disclaimer: Semua isi konten baik, teks, gambar dan vidio adalah tanggung jawab author sepenuhnya dan jika ada pihak-pihak yang merasa keberatan/dirugikan silahkan hubungi admin pada disclaimer untuk kami hapus.