Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Takdir Milik Allah, Novel Religi Motivasi

Novel Religi Penuh Motivasi Untuk Remaja dan Dewasa.


Cinta itu bukan mempertahankan seseorang pada hubungan yang tidak halal, tetapi biarkan saja dia pergi. Jika dia memang milikmu dia akan kembali. Namun, jika dia tidak kembali kamu harus ikhlas.

Karena semua takdir adalah milik Allah, tergantung pilihan Allah dan tidak seorang pun yang sanggup menentangnya.

Sama hal seperti kisah seorang Nayra Melodia, gadis belia yang selalu berjuang untuk mengubah keadaan. Berusaha menepis duri dan kerikil yang menghalangi jalan. Mencoba melupakan cinta pertamanya Arga Wijaya, demi mendekatkan diri kepada sang Pencipta. Berada di tengah kegalauan saat ada pria lain yang datang melamar.

Di novel ini banyak pesan moral yang bisa dijadikan pelajaran
-Jodoh yang sudah diatur oleh Allah
-Takdir yang tidak bisa ditentang oleh siapa pun
-Kematian menjadi alarm ketika melakukan maksiat
-Ada selipan dakwah tauhid juga di dalamnya.

Yuk, ikuti kisah lengkapnya di sini!

***

Seorang gadis belia tercenung sendirian di sudut toilet sekolah. Manik indahnya mengembun dan kelopaknya mulai memerah. Ada segumpal sesak yang menguasai diri, berusaha keluar dari rongga dada.

Tes ...
Tes ....

Setitik air keluar dari sudut mata. Butiran bening itu terjatuh membasahi pipi. Gadis itu cepat-cepat mengusapnya dengan punggung tangan dan dia tersenyum kembali. Seperti biasa dia tidak ingin merayakan kesedihan dalam waktu yang lama

Nayra Melodia, seorang siswi di SMA Harapan Cinta, harus menjalani hukuman atas kesalahan yang tidak dia lakukan. Ketika tuduhan yang dilontarkan kepada dirinya tidak bisa Nayra sangkal, tidak ada yang dapat dia lakukan kecuali menerima ganjaran.

Dengan penuh semangat Nayra mengguyurkan air ke lantai toilet.

Byur-byur!

Air yang dia siramkan membuat seluruh lantai berubah menjadi sebuah genangan yang besar.

“Hey, hati-hati dong! Basah nih,” teriak seseorang di balik pintu toilet.

“Aduh ... maaf, saya tidak sengaja,” sahut Nayra tanpa melihat ke arah sumber suara.

“Siram sedikit-sedikit saja biar airnya tidak meluber kemana-mana,” anjur orang itu.

“Ehm. Iyaa!” balas Nayra, masih sibuk dengan gayung ditangannya.

“Kamu Cleaning Service baru, yah?” tanya orang itu lagi.

“Enak saja saya dikira cleaning service,” gumam Nayra.

Karena merasa kesal, gadis itu mengangkat wajah sambil membelalakkan mata. Seorang remaja pria berpostur tinggi itu sudah berdiri di depannya.

“Kak Arga.” Bisik Nayra dalam hati.

Arga Wijaya adalah ketua OSIS di SMA Harapan Cinta. Baru sekarang Nayra bertatapan muka sedekat ini dengan Arga. Biasanya dia hanya melihat dari kejauhan, saat Arga Wijaya lewat di depan kelas. Itu pun hanya sekejap karena terhalang oleh siswi lain yang berebut menarik perhatian siswa tampan ini.

Ternyata Arga memang tampan, Nayra sampai salah tingkah dibuatnya. Gadis itu tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun, hanya gumaman tidak jelas yang keluar dari bibir mungilnya.

“Eh, kalau cleaning service kenapa pakai seragam sekolah. Kamu kerja separuh waktu?” tanya Arga lagi.

Nayra tetap diam, gadis itu mencoba bersikap tidak peduli untuk menutupi rasa grogi yang mulai menguasai hati.

“Maaf, kamu tuna wicara?” Arga kembali bertanya sembari menggerakkan tangan sebagai bahasa isyarat.

Nayra tidak bisa menahan geli melihat ekspresi wajah Arga yang terlihat lucu dan menggemaskan, gadis itu tertawa kencang. “Hahaha ....”

Arga kaget mendengar tawa Nayra. “Kamu bisa bicara? Maaf, siswi sini atau cle--.”

“Cleaning service? Saya siswi di sekolah ini dan sedang menjalankan hukuman,” sergah Nayra memotong ucapan siswa itu.

“Oh, saya tidak pernah melihatmu sebelumnya. Nama kamu siapa? Saya Arga.” Arga mengulurkan tangan ke arah Nayra, tetapi gadis itu tidak menghiraukan uluran tangan Arga.

“Hey, saya berbicara sama kamu. Nama kamu siapa?” ulang Arga.

Remaja pria itu ikut  berjongkok mengikuti Nayra yang sedang membersihkan lantai.

“Kamu berbicara sama saya?” tanya Nayra sambil menunjuk dirinya. “Nama saya Nayra Melodia, panggil saja Nayra.”

Siswi manis berlesung pipi itu memasang wajah polos dan tanpa menghiraukan uluran tangan Arga, dia tetap melanjutkan menggosok lantai toilet yang sudah diguyur dengan air.

“Tentu saja berbicara sama kamu, di sini hanya ada kita berdua. Mana mungkin saya berbicara kepada mahluk penunggu toilet ini ‘kan?” ucap Arga menggoda Nayra.

Ucapan Arga membuat Nayra bergidik ngeri, bulu kuduk gadis itu seketika meremang. Ada riak-riak ketakutan dalam hatinya, letupan perasaan itu terpancar dari mimik wajah Nayra. Dia teringat rumor yang beredar kalau sekolah ini bekas sebuah kuburan tua dan sering terdengar cerita menyeramkan yang terjadi di sini.

“Yah, Allah, lindungi hamba dari gangguan setan yang terkutuk. Baik setan yang berbentuk setan maupun setan berbentuk manusia. Hamba lebih takut kalau bertemu dengan setan berbentuk manusia, karena tidak mempan kalau dibacain do’a, yah, Allah.” Tanpa disadari untaian kalimat konyol itu mengalir dari bibir Nayra.

Tentu saja hal tersebut didengar oleh Arga dan kali ini Arga yang tidak bisa menahan tawanya. “Hahaha  ... lucu sekali kamu mintanya borongan. Kamu takut, yah?”

“Makanya jangan nakutin dan berbicara sembarangan! Lihat bulu roma saya jadi meremang mendengar ucapan kamu. Kalau terjadi apa-apa sama saya di sini, memang kamu mau tanggung jawab!” seru Nayra setengah berteriak sambil menunjukkan tangannya kepada Arga.

Arga tertawa kecil mendengar celotehan Nayra. “Bukannya nakutin, tetapi toilet memang sarang mahluk halus, makanya kita tidak boleh berlama-lama di dalamnya.”

“Saya juga tidak mau lama-lama di sini, ini sedang menjalankan hukuman jadi tidak boleh pergi sebelum selesai,” kilah Nayra.

Arga bangkit dari tempatnya jongkoknya. “Oke deh, Nayra. Lanjutkan hukumanmu dan sampai ketemu lagi, tetapi hati-hati saja. Di sini denger-denger ada penunggunya,” goda Arga sambil berlalu.

Mendengar ucapan Arga, Nayra mengambil setengah gayung air dan mengguyurkannya ke arah siswa itu. Arga hanya tertawa dan berlari dan meninggalkan Nayra seorang diri.

Arga pergi sambil melambaikan tangan. “Bye Nayra.”

Anak mata Nayra mengiringi kepergian Arga, sampai remaja pria itu menghilang dari pandangan. Wajah Nayra bersemu merah mengingat percakapan yang baru saja terjadi antara dia dan Arga. Gadis itu mengembangkan senyum lebar, mendapatkan dirinya bisa berinteraksi  langsung dengan ketua OSIS yang tampan itu.

Pok!

Nayra menepuk keningnya, membuyarkan lamunan tentang Arga. Gadis itu merasa seperti angsa buruk rupa yang menginginkan pangeran tampan untuk menjadi kekasihnya. 

“Mengapa aku jadi memikirkan dia?” Gumam batin Nayra.

Dia kembali melanjutkan hukumannya membersihkan toilet, masih ada setengah tempat lagi yang harus dibersihkan. Kalau saja bukan perbuatan Cindy dan teman-temannya yang memfitnah Nayra berbuat curang saat ulangan tadi, tentu dia tidak akan mendapat hukuman seperti ini. Lagi-lagi Nayra tidak bisa membela diri karena siswi arogan itu akan akan berbuat nekat bagi siapa saja yang menentangnya.

Bel tanda berakhirnya jam sekolah berbunyi, murid dan para guru mulai meninggalkan sekolah. Akan tetapi, tugas Nayra belum selesai. Dia mempercepat gerakannya menggosok lantai, gadis itu tidak ingin lari dari tanggung jawab meski hukuman itu tidak seharusnya dia dapatkan.

Sekolah mulai sepi karena bel pulang sudah berbunyi setengah jam yang lalu. Nayra baru bisa menghela napas lega karena pekerjaannya sudah usai. Namun, ketika gadis belia itu menarik gagang pintu toilet, pintunya dikunci dari luar.

“Hey, jangan bercanda! Buka pintunya!” teriak gadis itu.

Hening, tidak ada suara sahutan yang terdengar.


#Bersambung....


Author: Aisyah Nantri

Sumber pict: Pixabay


Selamat membaca di catatan pena Aisyah dan semoga ada manfaat yang didapat.

Post a Comment for "Takdir Milik Allah, Novel Religi Motivasi "