Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Rindu Tertahan, Takdir Milik Allah Episode 14

Novel Religi Penuh Motivasi Kehidupan



"Jatuh cinta kepada seseorang yang belum halal adalah bentuk siksaan terhadap perasaan, sebaik-baiknya jatuh cinta adalah jatuh cinta kepada Allah."

-Canasyah 

***

 Malam sudah tiba dan memasang tirainya. Hujan turun sejak sore membuat semua orang enggan untuk keluar rumah dan lebih memilih berdiam diri di balik selimut.

Dingin menyerang seluruh persendian membuat tubuh menjadi menggigil. Hanya suara jangkrik yang terdengar bersahutan.

Nayra mengenakan baju tidur yang tebal, gadis itu tetap bertahan di depan meja belajar buatan Pak Toni. Program beasiswa yang sekolah tawarkan membuat dia belajar lebih giat lagi.

 Betapa tidak, Yogyakarta adalah tempat yang sangat Nayra idamkan. Menuntut ilmu gratis di sana adalah impian seorang Nayra Melodia.

Di Paris sana, Arga yang pendatang baru merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan dan kebiasaan baru.

Belum lagi Arga harus mengikuti kursus bahasa Prancis di Jakarta sebelum berangkat ke Paris. Untungnya ada beberapa mahasiswa berasal dari Indonesia yang membantu pemuda itu.

Arga yang sudah lama menahan rindu sedang berusaha menghubungi Nayra. Dia sangat ingin menyapa pujaan hatinya itu, tetapi karena kesibukan yang terus menerus ada membuat Arga menunda niatnya. Setelah semuanya selesai Arga cepat-cepat mengirim pesan pada Nayra.

Drrrttt!

Telepon genggam milik Nayra bergetar pelan. Nayra meraih benda pipih itu. Ada satu pesan masuk dan tertera deretan angka di layarnya, sebuah nomor asing.

[Hai, Nayra. Bagaimana kabarmu? Kangen banget sama kamu, Nay. Maaf yah, aku baru bisa menghubungimu. Aku masih sibuk dengan aktivitas kuliah jadi tidak sempat untuk memberi kabar. Ini nomor baruku. Arga Wijaya.]

Mata Nayra seketika bercahaya, pesan dari Arga seperti sebuah siraman air sejuk untuk mengobati kerinduan.

Sejak Arga berangkat ke Paris dia tidak pernah lagi menghubungi Nayra. Belum lagi Cindy yang selalu berusaha menggoreskan luka di hati Nayra.

[Hai, Kak Arga, Nayra juga kangen banget. Bagaimana kabar Kakak di Paris? Pasti menyenangkan berada di sana.]

[Aku di sini baik-baik saja. Bagaimana sekolahmu, Nay?]

[Nayra juga sedang sibuk belajar ada program besiswa Yogyakarta, Kak. Aku ikut daftar semoga bisa kuliah gratis di sana. Do’ain yah, Kak Arga.]

[Wah, hebat kamu, Nay. Harus lebih semangat lagi belajarnya dan semoga impian kamu tercapai.]

[Siap, Kak. Aamiin.]

Arga tidak membalas pesan Nayra karena ada kegiatan yang harus dikerjakannya, tetapi rangkaian pesan yang Arga kirimkan cukup membuat hati Nayra berbunga-bunga. Seperti biasa gadis itu mencurahkan perasaannya dalam bentuk tulisan.

Tuhan

Dia adalah satu anugerah terindah yang Engkau berikan, hariku terasa lebih berwarna sejak hadirnya dia. Beri aku kesempatan untuk memilikinya meski aku dan dia sangat jauh berbeda. Jagalah dia sampai tiba waktunya kami bersama.

-Nayra Melodia

“Nayra mikirin apa kamu, Nak? Kok, senyum-senyum sendiri.” Suara Bu Sofi memecah keheningan.

Nayra buru-buru menutup buku harian yang masih terbuka lebar di atas meja. Buku yang berisi curhatan hatinya setiap kejadian yang Nayra alami dia tulis di buku itu.

Begitu juga kisah sedihnya yang selalu dihina Cindy dan tak ketinggalan pula kisah cintanya bersama Arga.

Bu Sofi merasa penasaran dengan apa yang putrinya lakukan. Wanita yang berwajah teduh itu menghampiri Nayra sambil mengembangkan senyum yang manis.

“Kamu sedang menulis apa, Nak? Bukunya ada gambar bunga dan hati segala,” ucap Bu Sofi melihat buku yang dipegang Nayra.

“Tidak ada, Bu. Hanya coretan kecil curahan hati Nayra,” sahut Nayra kikuk.

“Kok, curhatnya di buku bukan curhat sama Ibu.”

“Nayra malu, Bu.” Gadis itu menundukkan kepala, wajahnya tersipu dan merona.

“Duh, wajahnya malu-malu. Kelihatannya Nayra lagi jatuh cinta,” ucap Bu Sofi sambil bercanda.

“Eng-enggak, Bu.” Nayra menggelengkan kepala setengah gugup.

Gadis itu tertunduk malu menutupi gejolak hati yang sedang berbunga-bunga. Ada rasa hangat yang menjalar mengingat bayangan Arga.

Meski dia mencoba menyembunyikan peraan itu di depan Bu Sofi, tetapi naluri wanita di hadapannya ini sangatlah peka. Bu Sofi duduk di samping Nayra dan meraih tangan putrinya.

“Jangan terlalu banyak bermain dengan perasaan, Nak. Kurangi hal-hal yang membuat kamu lalai dalam belajar, katanya mau punya nilai yang tinggi biar dapat beasiswa.” Bu Sofi mengingatkan Nayra.

“Ini Nayra lagi belajar, Bu. Hanya istirahat sebentar mencari hiburan biar tidak terlalu penat,” ucap Nayra.

Pandangan Bu Sofi beralih ke tumpukan buku yang ada di meja. Nayra sengaja meminjam buku sebanyak itu untuk dipelajari di rumah.

Dia sedang berusaha keras karena saingannya berat, beberapa siswi yang sudah jadi langganan juara kelas. Serta anak donatur sekolah, Cindy Maharani salah satunya.

“Pinter anak Ibu,” puji Bu Sofi, “Kamu harus berusaha untuk mencapai keinginan kamu, Nak. Minta pertolongan kepada Allah agar diberikan yang terbaik. Kalau itu memang takdir dan rezekinya Nayra pasti akan Allah permudah, yang penting sudah berdo’a dan berusaha. Ibu dan ayahmu hanya bisa memberi ridho dan dukungan.”

“Keren, yah, Bu, kalau Nayra bisa sampai dapat beasiswanya. Nayra janji kalau impian Nayra ini tercapai, Nayra bakalan pakai jilbab. Menutup aurat dengan sempurna sebagai tanda syukur kepada Allah.”

“Aamiin Allahumma aamiin, semoga Allah mengabulkan keinginan Nayra. Akan tetapi, niat pakai jilbabnya harus diperbaiki. Niatkan semuanya karena menjalankan perintah Allah, bukan karena dapat besiswa. Itu namanya salah niat,” jelas Bu Sofi.

“Tetapi ‘kan baik, Bu, daripada Nayra tidak pakai jilbab sama sekali.”

“Iya, Nak, tidak apa-apa. Cuma kalau nanti Qadarallah Nayra tidak mendapat beasiswanya kamu harus tetap pakai jilbab, Nay. Pasti lebih terjaga kehormatanmu sebagai wanita dan tentunya lebih cantik pula di mata Allah.”

“Baik, Bu. Nayra janji nanti akan pakai jilbab, pasti lebih anggun seperti Ibu. Tidak tahu kenapa sekarang Nayra suka lihatnya. Nayra pengen memperbaiki diri, tetapi masih bingung mulainya dari mana.”

“Alhamdulillah itu atinya Allah sudah kasih hidayah di kamu, Nak. Pelan-pelan saja, perbaiki dulu salatnya Nayra jangan ada yang bolong lagi. Nanti akan Allah kasih jalan apa yang harus kamu lakukan selanjutnya, harus semangat. Sekarang waktunya tidur, belajarnya besok lagi. Tubuh kita juga punya hak untuk istirahat.”

Bu Sofi mencium kening putrinya dan berlalu. Suara hujan di luar rumah semakin deras Nayra beranjak menuju peraduan.

#Bersambung.... 


Author: Aisyah Nantri

Sumber Pict: Pixabay


Selamat membaca di Catatan Pena Aisyah dan semoga ada manfaat yang di dapat. 

Post a Comment for "Rindu Tertahan, Takdir Milik Allah Episode 14"