Jodoh Sudah Diatur, Takdir Milik Allah Episode 20
Novel Religi Penuh Motivasi Kehidupan
Untuk pertama kalinya Nayra mendengar kajian di Majelis Taklim secara langsung. Seperti yang Zahra ucapkan yang hadir beragam dari berbagai kalangan, tempat yang mereka datangai sampai penuh.
Zahra juga memperkenalkan Nayra pada beberapa temannya. Teman-teman Zahra menyambut mereka ramah dan saling sapa.
Terlihat rasa kekeluargaan yang sangat kental. Menumbuhkan rasa nyaman dan ketenangan.. Wajah-wajah teduh berhias senyum begitu menyejukkan mata.
Nayra, Zahra dan Bilqis duduk berdekatan. Bilqis adiknya Fahri tidak kalah cerdas dari kedua kakaknya. Remaja kelas sebelas itu bahkan sering menjadi juara di Musabaqah Tilawatil Qur’an.
Mata yang indah dan lentik tampak menyembul di balik kain hitam penutup wajahnya. Tatapan hangat dan bersahabat juga terpancar dari sana. Nayra merasa terpesona kala gadis belia itu membuka cadar di dalam masjid, wajahnya sangat cantik.
Mereka menyimak kajian penuh seksama, pemateri hari ini adalah seorang ustazah muda bernama Sakinah.
Beliau menyampaikan tentang pacaran dan perzinaan. Nayra mendengar setiap rangkaian kalimat yang disampaikan. Ada satu hal yang menggelitik hatinya.
“Jadi, kalau punya pacar silahkan diputuskan saja, yah, teman-teman,” ucap ustazah Sakinah.
Selesai kajian mereka pulang ke rumah Zahra, Zahra mengajak Nayra menikmati akhir pekan sambil berbincang santai. Zahra punya kebiasaan mengulang kembali setiap ilmu yang dia dapat.
“Zah, aku belum mengerti materi kajian yang ustazah tadi sampaikan, masa’ pacaran dilarang. Memangnya kenapa? Menurut aku sah-sah saja kalau tidak berlebihan,” tanya Nayra pada Zahra.
Zahra meletakkan buku catatan yang sedang dia baca. Tangannya mengetukkan pena ke lantai tempat mereka duduk. Menarik napas dalam dan terlihat berpikir sejenak.
“Yah, memang seperti, pacaran bisa menimbulkan perzinaan. Kamu tahu sendiri ‘kan dampak perzinaan itu seperti apa? Banyak yang masa depannya hancur. Bahkan, lebih parah lagi mereka ada yang hamil di luar nikah dan tega membunuh bayi yang tidak berdosa. Sekarang lagi marak kasus pembuangan bayi,” jawab Zahra.
“Itu karena mereka berzina bukan karena pacaran,” bela Nayra.
“Nayra, kita diperintahkan untuk menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Karena perzinaan itu kebanyakan berawal dari pandangan. Sekarang aku tanya sama kamu, apakah ada orang pacaran tidak saling memandang?” tanya Zahra.
Nayra hanya menggelengkan kepala, tetapi gadis itu masih tidak setuju dengan pendapat Zahra, dia berusaha mencari pembenaran untuk hubungannya dan Arga.
Nayra merasa selama dirinya dan Arga pacaran mereka tidak pernah melakukan hal yang aneh. Bahkan, sejak Arga berangkat ke Paris mereka tidak pernah bertemu lagi.
“Bagaimana kalau pacaran jarak jauh, Zah? LDR gitu tidak bertemu. Komunikasi cuma lewat telepon paling v-call atau kirim pesan saja. Tidak mungkin zina ‘kan?” tanya Nayra.
“Sama saja karena bentuk zina itu banyak. Memandang itu zina mata, memikirkan zina hati. Menurut kamu mereka yang pacaran LDR itu kira-kira saling memikirkan atau tidak?”
“Tentu, Zah.”
“Nah, itu yang aku maksud, mau pacaran ketemu atau LDR tetap saja kita diperintahkan untuk menjauhinya. Karena dengan memandang serta memikirkan biasanya akan berlanjut menyentuh, baru kemaluan yang akan membenarkan atau mengingkari. Talbis Iblis itu halus sedangkan iman kita lemah,” jelas Zahra.
“Bagaimana kita mau dapat jodoh kalau kita tidak pacaran, Zah? Apakah ada orang nikah tanpa kenal dekat dulu yaitu pacaran?” tanya Nayra sedikit ragu.
“Bukan lagi ada, tetapi banyak. Dan tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah berkehendak. Pacaran itu tidak menjamin pasangan tersebut berjodoh.
Banyak yang sudah pacaran bertahun-tahun akhirnya putus juga dan cuma jagain jodoh orang dan banyak pula yang pacaran lama terus menikah, tetapi qadarallah tetap kandas.”
“Terus gimana dong kalau tidak pacaran?”
“Bisa taaruf, Nay. Semua yang dilarang oleh Allah sudah ada solusinya. Susah bagi kita mudah bagi Allah. Mau di pelosok mana pun kita tinggal pasti akan ditemukan oleh seseorang yang sudah Allah takdirkan menjadi jodoh kita. Bagaimana dengan Bilqis yang hanya bola matanya saja yang terlihat? Jangankan untuk mengenal dan pacaran, wajahnya saja orang tidak tahu, tetapi dia yakin Allah punya cara untuk mempertemukan dia dengan jodohnya.”
“Iya juga, Zah.”
Nayra memainkan ujung jilbabnya yang terkena sapuan angin. Teras rumah Zahra yang berada di dekat pohon mangga memang nyaman dijadikan tempat untuk bersantai.
“Kita tidak usah khawatir memikirkan jodoh kita siapa? Bertemu di mana? Serta memikirkan bagaimana cara bertemunya karena semua sudah diatur. Tugas kita adalah memperbaiki diri maka Allah akan memberikan jodoh terbaik pula. Bukankah jodoh itu cerminan diri,” jelas Zahra, garis bibirnya membentuk lengkungan yang indah.
Nayra mencerna setiap kalimat yang keluar dari bibir Zahra.
“Bagaimana dengan orang-orang yang sudah baik, tetapi malah mendapat pasangan yang buruk?” tanya Nayra.
“Wallahu’alam, tetapi itu sudah takdir Allah dan pasti ada alasan. Mungkin saja Allah hendak menguji tauhid dan prioritas cinta orang tersebut. Atau bisa jadi Allah menginginkan lewat tangan orang tersebut pasangannya bisa menuju jalan yang benar. Hanya Allah yang tahu.”
“Rumit juga kalau memikirkan semua itu,” celetuk Nayra.
Zahra tertawa kecil mendengarnya.
“Kita sebagai hamba tidak diminta memikirkan setiap yang terjadi di muka bumi ini. Tugas kita hanya berusaha menjadi sebaik sebaik-baiknya hamba. Menjalakan perintah Allah serta menjahui semua larangan-Nya. Kita tidak tahu takdir jodoh atau takdir kematian yang lebih dulu menghampiri.”
Jantung Nayra berdegup kencang mendengar ucapan yang keluar dari bibir Zahra, gadis itu merasa ada sesuatu yang menghantam dada.
“Mengapa aku tidak berpikir sejauh itu? Bagaimana kalau kematian tiba-tiba datang tanpa aku punya persiapan?” Bisik batin Nayra. Hembusan angin yang sejuk berubah menjadi terasa dingin, Nayra bergidik membayangkan kematian.
“Nayra, kamu tidak apa-apa ‘kan?” tanya Zahra.
“Eng-enggak, Zah. Aku jadi merinding mendengar kamu bahas kematian segala.” Nayra mengusap-ngusap lengannya yang tertutup gamis.
Zahra menggenggam erat tangan Nayra. Kulit keduanya sangat kontras saat berdekatan seperti cokelat dan susu.
“Mengingat kematian bukan hal yang menakutkan, Nayra. Justru itu adalah hal yang indah kira kita akan bertemu dengan Allah. Bahkan, kita dianjurkan untuk sering mengingat kematian, jadikan itu sebagai alarm ketika kita hendak berbuat maksiat. Dunia ini hanya sementara dan sebentar, setelah itu kita akan kembali ke kampung halaman yang sebenarnya.” Manik indah Zahra mengembun dan mengalirkan butiran halus di sudutnya.
“Zah ....”
Nayra terkejut mendapati respon Zahra yang sedemikian rupa. Bahu Zahra terguncang, gadis cantik itu menangis tanpa suara. Dia menutup mulut dan matanya terpejam, seperti ada perasaan yang Zahra tahan. Nayra merasa tidak bisa mnyelami apa yang Zahra pikirkan. Dalam ... sangat dalam.
Nayra meraih tubuh Zahra, memeluknya erat dengan perasaan tidak menentu. Mulai hanyut dalam suasana yang mereka ciptakan.
“Nayra,
jika suatu saat aku lalai dan mulai lupa kewajibanku sebagai hamba-Nya, tolong
ingatkan aku,” bisik Zahra. Nayra ikut menangis dalam pelukannya.
#Bersambung....
Author: Aisyah Nantri
Sumber Pict: Pixabay
Selamat membaca di Catatan Pena Aisyah dan semoga ada manfaat yanh didapat.
Post a Comment for "Jodoh Sudah Diatur, Takdir Milik Allah Episode 20"
Disclaimer: Semua isi konten baik, teks, gambar dan vidio adalah tanggung jawab author sepenuhnya dan jika ada pihak-pihak yang merasa keberatan/dirugikan silahkan hubungi admin pada disclaimer untuk kami hapus.