Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Imbalan Bagi yang Mau Berusaha, Takdir Milik Allah Episode 15

Novel Religi Penuh Motivasi Kehidupan 

Sangat mudah bagi Allah melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya.

***

Hari pengumuman kelulusan sudah tiba dan daftar penerima beasiswa pun telah diumumkan. Nama Nayra Melodia dan Cindy Maharani berada di urutan nilai tertinggi.

Tentu saja hal tersebut membuat Nayra tidak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bagaimana tidak? Dia termasuk kategori murid berprestasi. Sebuah pencapaian yang membanggakan.

Tangannya bergetar saat menerima amplop undangan dari salah satu universitas terkenal di Yogyakarta. Impiannya terwujud.

“Alhamdulillah, yah Rob,” Berulangkali Nayra membisikan kalimat itu.

Beberapa teman satu angkatan dengannya memberi ucapan selamat pada Nayra.

“Congratulation, Nayra, kamu memang pantas mendapatkannya,” puji Bella.

“Terima kasih, Bella,” sahut Nayra.

“Ditunggu traktirannya, Nay.” timpal seorang siswi bertubuh gemuk.

Nayra tersenyum mendengarnya. “Siap!”

Mereka merayakan hari kelulusan sambil bersuka cita, berbagi cerita setelah ini akan melangkah kemana. Namun, hal tersebut tidak berlaku buat Cindy, baginya beasiswa itu adalah sebuah formalitas untuk membuktikan kalau dia selalu bisa terdepan.

Cindy tidak ingin kalah saingan dari siapa pun termasuk Nayra. Cindy sudah membujuk orang tuanya untuk memperbolehkan dia kuliah di luar negeri seperti Arga.

Ketika Nayra hendak pulang Cindy menghampiri Nayra untuk menyingkirkan senyum di wajah gadis itu. Siswi arogan dan angkuh itu bertepuk tangan di depan Nayra.

Pok-pok-pok!

“Hebat, kamu Nayra, orang udik seperti kamu bisa-bisanya mendapat beasiswa. Jangan merasa bangga dulu, memangnya kamu aja yang bisa. Nih, lihat!” sergah Cindy memamerkan undangan yang sama seperti milik Nayra.

Semua siswa di sekolah ini tidak heran kalau Cindy bisa mendapatkan semua itu. Sudah menjadi rahasia umum kalau dia sering memanfaatkan posisi orang tuanya sebagai donatur di sekolah ini.

Nayra sudah mendapat firasat kalau Cindy menghampirinya untuk mencari gara-gara. Gadis itu berusaha untuk bersikap ramah, dia tidak ingin hari terakhinya di sekolah meninggalkan kesan buruk.

“Selamat, yah, Cindy. Aku turut senang dengan apa yang kamu capai,” ucap Nayra.

“Aku tidak butuh ucapan selamat dari kamu, Nay. Lagian ini tidak berguna buat aku. Sorry yah, aku tidak berminat kuliah di sana,” sahut Cindy memamerkan keangkuhannya.

“Wah, sayang sekali. Padahal universitas bagus dan terkenal, kita juga bisa sering bertemu kembali seperti di sekolah ini.” Nayra berusaha menahan diri.

Cindy mencebikkan bibir dan tersenyum sinis. “Paris jauh lebih istimewa dan di sana juga ada Kak Arga. Tante Mirna dan Mamiku sangat senang kami bisa kuliah di tempat yang sama.”

“Oh, gitu. Syukurlah, jadi Kak Arga ada temannya,” sahut Nayra.

“Nayra, Nayra, sok tegar kamu. Sayang sekali nasibmu kurang beruntung lahir dari keluarga ekonomi kelas bawah. Jangan mimpi kamu bisa menjadi bagian di keluarga Wijaya! Kamu tahu sendiri ‘kan ekspresi Tante Mirna melihatmu di acara perpisahan Kak Arga. Harusnya kamu sadar diri kalau keluarga Wijaya itu tidak selevel sama kamu. Jauh banget!”

Nayra yang memang sudah merasa muak masih bersikap tenang. Diam-diam dia merangkai kata untuk membalas serangan Cindy dengan kalimat yang telak. Gadis itu mengamati gerak-gerik Cindy dan dia menarik napas dalam.

“Aku sadar diri, kok. Sadar banget malahan. Sayangnya justru Kak Arga tidak keberatan dan tetap menerima aku apa adanya. Dan satu lagi! Sepertinya yang perlu sadar diri itu kamu bukan aku. Sudah sering ditolak Kak Arga, tetapi tetap mengejar seperti orang yang tidak punya malu.”

Cindy Maharani terdiam di tempat mendengar apa yang Nayra ucapkan. Nayra melenggang meninggalkan Cindy seperti tanpa beban.

“Hey, Nayra! Kurang ajar kamu, yah. Lihat saja aku akan merebut semuanya dari kamu dan aku akan membuat kamu menyesal karena berani bermain-main denganku.” 

Sayup-sayup sumpah serapah Cindy mencaci maki Nayra terdengar berkepanjangan, tetapi Nayra tidak memedulikan apa yang Cindy ucapkan karena baginya kunci kesuksesan Nayra Melodia bukan Cindy yang memegang.

Gadis itu bergegas pulang ke rumah untuk menyampaikan berita gembira tentang keberhasilannya kepada Pak Toni dan Bu Sofi.

***

“Maa syaa Allah, alhamdulillah anak Ibu berhasil meraih mimpinya. Barakallah fii ilmi, yah, Nak. Ayahmu pasti bangga mendengar berita gembira ini,” ucap Bu Sofi.

Bu Sofi sangat bahagia melihat undangan yang putrinya berikan, pelukan hangat berulangkali dia berikan kepada Nayra.

“Terima kasih, Ibu. Ini semua karena do’a Ayah dan Ibu yang setiap saat melangit untuk keberhasilan Nayra, jadi Allah permudah. Nayra hanya menjalankan apa yang Nayra bisa,” sahut Nayra membalas pelukan Bu Sofi.

“Kak Nayra selamat, yah. Nina juga mau kuliahnya nanti di Yogya seperti Kakak. Tadi Nina lihat foto kampusnya bagus dan besar. Pasti seru belajar di sana,” kata Nina, adik Nayra yang berusia dua belas tahun.

“Terima kasih, sayang. Pintar sekali adiknya Kakak. Makanya belajar yang rajin biar bisa dapat beasiswa  seperti Kakak. Bikin Ayah sama Ibu bangga,” sahut Nayra, mengusap kepala Nina yang ditutup jilbab warna merah muda.

“Kalau Kak Nayra kuliah berarti Kakak gak pulang ke rumah. Terus rumah sepi, dong. Nelsa gak bisa ketemu Kakak lagi, Kakak di sana siapa yang nemenin?” celetuk Nelsa adik bungsu Nayra. Pipinya yang chubby sangat menggemaskan.

“Nelsa sayang, Kak Nayra masih tetap pulang ke rumah, tetapi tidak bisa setiap hari. Kakak di sana tinggal di kos dan banyak teman. Nanti pas liburan Kakak pulang jadi kita tetap berkumpul,” jelas Nayra.

Bu Sofi berdiri mengambilkan sebuah kotak berukuran sedang yang dibungkus kertas kado berwarna biru muda. Ada pita kecil menghiasi pinggirannya.

“Nayra ini hadiah dari ayah dan Ibu, Nak. Kami tidak bisa memberi kamu hadiah yang lebih mahal, hanya ini yang bisa kami berikan. Semoga bermanfaat untuk dunia dan akhiratmu,” ucap Bu Sofi. Dia memberikan kado yang sudah dipersiapkannya beberapa hari yang lalu kepada Nayra.

“Apa ini, Bu? Boleh Nayra buka sekarang?” tanya Nayra merasa penasaran.

Bu Sofi menganggukkan kepala mengiyakan. Wanita itu memperhatikan putrinya yang merobek kertas kado tersebut. Di bagian atasnya ada selembar kartu ucapan yang sangat mengharukan.

“Barakallah Nayra Melodia putrinya Ayah dan Ibu. Semoga selalu dalam perlindungan Allah, yah, Nak. Semoga menjadi wanita salihah dan menjadi bidadari Surganya Ayah dan Ibu kelak. Nayra, untuk menjadi wanita salihah itu harus patuh dan ta’at terhadap perintah Allah, Nak. Salah satunya dengan menutup aurat serta jadikan Al-Qur’an sebagai penunjuk jalan buat Nayra dalam menjalani kehidupan. Ini sebagai hadiah untuk Nayra, semoga bermanfaat dan berkah, yah, Nak.”

-Peluk cium Ayah dan Ibu.

Nayra membaca rangkaian kata itu dalam perasaan yang mengharu biru. Di dalam kotak itu ada beberapa potong jilbab berukuran agak lebar, gamis berwarna gelap dan sebuah Al-Qur’an berukuran saku.

“Ibu pakaikan jilbabnya, yah, Nak” tawar Bu Sofi.

Sebuah gamis berwarna cokelat tua dan jilbab berwarna cokelat muda kini sudah menutupi tubuh dan rambut Nayra.

“Maa syaa Allah cantik kamu, Nak. Coba lihat cermin,” puji Bu Sofi.

Nayra melihat bayangan di cermin di depannya memantulkan seseorang yang sangat asing. Dia bahkan hampir tidak bisa mengenalinya sama sekali, cantik dan anggun.

#Bersambung.... 


Author: Aisyah Nantri 

Sumber Pict: Pixabay


Selamat membaca di Catatan Pena Aisyah dan semoga ada manfaat yang didapat. 

Post a Comment for "Imbalan Bagi yang Mau Berusaha, Takdir Milik Allah Episode 15"