Bagaikan Air dan Minyak, Takdir Milik Allah episode 3
Novel Religi Penuh Motivasi Belajar Kehidupan
“Yuk, kita pulang!” Suara Arga membuyarkan lamunan Nayra.
“Udah selesai, Kak?” tanya Nayra.
Pemuda itu hanya memainkan jarinya menjawab pertanyaan Nayra.
“Orang bertanya bukannya dijawab malah bercanda,” ujar Nayra.
“Tadi dijawab, Nay. Itu pakai bahasa isyarat yang artinya sudah selesai. Kamu harus bisa membaca setiap kode, nanti kalau dalam keadaan darurat itu bisa dipakai,” bela Arga.
Gadis itu mendengus sebal mendengarnya. Pak Toni dan Bu Sofi hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Nayra dan Arga bagaikan air dan minyak yang sulit menyatu.
“Ayo, jangan berantem terus katanya mau pulang,” tegur Bu Sofi.
Mereka berjalan menuju parkiran dan tanpa sengaja seorang gadis muda menyenggol bahu Nayra yang berjalan di posisi paling belakang. Gadis itu adalah Cindy Maharani, siswi satu kelas Nayra di sekolah.
“Nayra, kok, kamu ada di sini?” tanya Cindy mengumbar wajah masam.
“Ini ‘kan tempat umum jadi wajar saya ada di sini,” sahut Nayra tak kalah jengkelnya.
“Harusnya kamu masih ada di toilet sekolah!” ucapan itu terlepas dari bibir Cindy.
Nayra yang mendengar ucapan Cindy langsung mengambil ancang-ancang dan setengah berteriak gadis itu maju. “Jadi, kamu yang mengunci aku di sana!”
Cindy mencoba mengelak dan meralat perkataannya, mereka beradu argumen dan saling menyalahkan. Siswi arogan itu memang terkenal suka melakukan bullying kepada siswi lain di sekolah, tetapi Nayra bukanlah orang yang lemah.
Gadis belia itu tidak akan tinggal diam, ketika dirinya diinjak-injak dia akan melawan. Namun, hal tersebut justru membuat Cindy semakin merasa tertantang untuk menekan Nayra.
Tadi siang Cindy memaksa Nayra untuk memberikan jawaban ketika mereka sedang ulangan di kelas, tetapi Nayra tidak memberikannya.
Siswi arogan itu merebut kertas yang berusaha dipertahankan Nayra, sehingga menimbulkan kegaduhan. Akan tetapi, dengan liciknya Cindy melempar batu sembunyi tangan, dia malah memfitnah Nayra melakukan perbuatan curang.
Ketika bel pulang niat jahat Cindy kembali muncul, bersama Dona dan Laura dia mengunci pintu toilet yang sedang dibersihkan Nayra. Saat Cindy dan Nayra masih terus berseteru tiba-tiba Arga muncul menghampiri mereka.
“Nayra, ayo!” ajak Arga.
Cindy makin terkejut melihat kedatangan Arga. Dia memandang Nayra dan Arga bergantian, siswi arogan itu merasa tidak percaya melihat keduanya bisa bersama. Gadis bertubuh tinggi semampai itu melirik Nayra dengan raut wajah tak suka.
“Kak Arga, kok, bisa sama Nayra? Kalau Tante Mirna tahu Kakak bergaul sama orang seperti Nayra, Tante pasti marah besar,” ujar Cindy.
Mata Nayra membesar mendengar apa yang Cindy lontarkan, gadis itu merasa ucapan Cindy terlalu berlebihan.
Ingin sekali dia membungkam mulut Cindy, tetapi niatnya diurungkan karena ujung-ujungnya pasti akan panjang. Nayra memilih meninggalkan tempat itu dan melangkahkan kakinya menuju parkiran.
“Cindy, kamu tidak perlu mencampuri urusanku karena kamu tidak berhak! Ingat, kamu bukan siapa-siapa yang bisa mengatur aku harus ke mana dan bergaul sama siapa,” tegas Arga.
“Tapi, Tante Mirna lebih suka kalau Kak Arga dan Cindy bisa menjalin hubungan lebih.”
Mata gadis itu menatap Arga penuh pengharapan. Cindy Maharani yang cantik dan kaya mengemis perhatian dari seorang Arga Wijaya. Punya fisik yang bisa dibilang nyaris sempurna dan berharta ternyata tidak menjamin untuk membuat orang lain suka.
“Itu maunya Mama bukan mauku. Cindy, bagiku kamu sudah seperti adik dan tidak mungkin akan lebih dari itu. Jadi, buang jauh-jauh perasaanmu karena aku juga sudah menyukai gadis lain.”
Cindy terenyuh mendengarnya dan tidak bisa menahan Arga lebih lama karena remaja pria itu bergegas pergi menyusul Nayra ke area parkiran.
“Arga mana, Nay?” tanya Pak Toni melihat putrinya berjalan seorang diri.
“Di belakang, Yah, nanti dia menyusul. Tadi ketemu temannya jadi ada yang mau dibicarakan dulu,” sahut Nayra.
Pak Toni menganggukkan kepala sambil membetulkan letak peci yang beliau kenakan. Dalam hitungan menit Arga muncul sambil berlari kecil menghampiri mereka.
“Maaf, Om, Tante jadi lama menunggu.”
“Tidak apa, Arga,” sahut Pak Toni.
Arga tersenyum. Pemuda itu mengemudikan mobil dalam kecepatan sedang, sesekali dia melirik ke arah Nayra.
Gadis itu pura-pura tidak tahu apa yang Arga lakukan, dia hanya menatap jalanan yang mereka lalui. Membangkitkan kenangan sewaktu masih kecil yang belum mengenal perihnya kehidupan.
Hanya beberapa belas menit mereka tiba di rumah. Setelah berbasa-basi sebentar, mobil yang dikendarai Arga kembali melaju dan perlahan menghilang. Nayra meminta izin kepada ayah dan ibunya untuk beristirahat.
Gadis itu mengganti pakaian dan merebahkan diri di kasur, menatap langit-langit kamar yang penuh lukisan bekas rembesan air hujan.
Kejadian tadi siang masih membayang dalam pikirannya. Dia bersenandika mengulang setiap bait kata yang menari di atas kepala.
Suara ayahnya melantunkan ayat suci Al-Qur’an dari ruang tengah terdengar merdu, gadis itu merasakan ada dengungan indah di telinganya. Hatinya menjadi lebih tenang seperti disiram air dingin yang sejuk. Perlahan mata mulai berat, dia pun tertidur pulas.
#Bersambung ....
Author: Aisyah Nantri
Sumber pict: Pixabay
Selamat membaca di catatan pena Aisyah dan semoga ada manfaat yang didapat.
Post a Comment for "Bagaikan Air dan Minyak, Takdir Milik Allah episode 3"
Disclaimer: Semua isi konten baik, teks, gambar dan vidio adalah tanggung jawab author sepenuhnya dan jika ada pihak-pihak yang merasa keberatan/dirugikan silahkan hubungi admin pada disclaimer untuk kami hapus.