Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Ada Serangan, Takdir Milik Allah Episode 13

Novel Religi Penuh Motivasi Kehidupan 

Matahari bersinar lembut, Nayra menghirup udara segar di sepanjang jalan setapak menuju sekolah.

Angkutan umum yang Nayra tumpangi  tidak bisa mengantarnya sampai ke depan kelas, dia terpaksa melanjutkan dengan berjalan kaki. Suara klakson kendaraan terdengar bersahutan.

Tiiin!

“Nayra, ayo, kalau mau bareng jarak sekolah masih jauh.”

“Ayo, naik, Nay. Biar cepat sampainya.”

Beberapa siswa menawarkan tumpangan kepada Nayra, tetapi dia menolaknya secara halus. Nayra lebih suka berjalan kaki sambil menikmati segarnya udara dan hangatnya sinar matahari.

“Terima kasih tawarannya. Duluan saja aku mau sekalian olahraga,” tolak Nayra.

“Seriusan, nih.”

Nayra menganggukkan kepala untuk meyakinkan.

“Duluan, yah.”

Tiiin!

Nayra melambaikan tangan mengiringi lajunya kendaraan itu. Dia menyapa beberapa anak-anak yang berjalan kaki seperti dirinya, bertukar cerita diselingi tawa kecil. Tanpa terasa kakinya sudah menapak di depan gerbang sekolah.

Baru masuk gerbang beberapa langkah Nayra dicegat oleh Cindy, Dona dan Laura. Mereka memang sudah menunggu Nayra dari tadi, mencari kesempatan mengganggu gadis itu.

Lulusnya Arga membuat Cindy lebih leluasa untuk mengintimidasi Nayra.

“Waah ... ada gembel naik kelas, nih, yeh! Sudah berasa jadi tuan putri sekarang karena bisa dekat sama Kak Arga.” Cindy menyilangkan tangan di dada dan menghadang langkah Nayra.

Dua temannya, Dona dan Laura ikut mengitari Nayra.

“Apa sih, Cindy? Masih pagi sudah cari gara-gara, kayaknya kalau sehari saja tidak menghina atau mendzolimi aku, kamu mungkin bisa panas dingin dan jatuh sakit,” sahut Nayra tidak mau kalah.

“Duh, semakin berani melawan yah sekarang. Kasih pelajaran aja, Cin.” Dona ikut bersuara.

Nayra diam tidak menghiraukan ucapan mereka. Dia malas meladeni Cindy dan dua temannya yang sengaja mencari gara-gara. Nayra tetap terus melanjutkan langkah.

“Eh, tunggu dulu, mau ke mana kamu?” Cindy menahan bahu Nayra.

“Aku ke sekolah ini tujuannya untuk belajar bukan meladeni kalian.” Nayra melepaskan diri dari Cindy.

“Dapat kekuatan dari mana kamu berani melawan kami, Nayra? Apa karena sekarang sudah mendapat perhatian dari Kak Arga, dasar Udik!” sergah Cindy.

“Karena kalian jika tidak dilawan semakin menginjak dan meremehkan orang. Kalian tidak sadar anak-anak di sekolah ini banyak membenci kalian. Aku diam bukan karena aku takut, tetapi malas melayani orang yang tidak ada kerjaan. Gak bermanfaat,” tukas Nayra.

Nayra mendorong bahu Cindy dengan kuat membuat siswi itu hampir terjatuh. Tentu saja perbuatan Nayra membuat Cindy marah, wajahnya menjadi merah padam.

“Pegangin si Udik ini!” perintah Cindy pada Dona dan Laura.

Dona dan Laura menangkap lengan Nayra dan memojokkan dia ke dinding.

“Nayra, Cindy, Dona, Laura, sedang apa kalian di sini?” tegur Pak anton yang tiba-tiba muncul di belakang mereka.

“Eh, eng ... Pagi, Pak Anton. Kami sedang membahas kerja kelompok,” sahut Cindy.

“I-iya, Pak,” sahut Nayra, Dona dan Laura.

Nayra terpaksa meng-iyakan karena merasa terdesak.

“Kalau sudah selesai segera masuk kelas, sebentar lagi bel tanda pelajaran berbunyi,” perintah Pak Anton.

“Siap, Pak,” sahut mereka.

Pak Anton pergi meninggalkan mereka. Cindy kembali melanjutkan aksinya.

“Sekarang kamu sudah merasa hebat, bergaya layaknya orang paling cantik di sekolah ini. Kamu gak sadar Nayra. Lihat diri kamu! Rambut mengembang bergelombang mirip tsunami. Kulit cokelat dan badan yang bau matahari, tinggi badan juga mirip anak SMP. Gak level banget, di bandingkan kami masih kalah jauh, Sist!” Dengan centilnya Cindy memainkan tangan menyerupai gerakan anak alay. Tentu saja hal itu terlihat berlebihan.

“Nayra ‘kan miskin tidak mungkin bisa perawatan ke salon seperti kita. Paling juga bedaknya pakai bedak bayi, keramas mungkin setahun sekali. Hahaha,” Dona menimpali.

“Kali aja Nayra pakai pelet, Cin, secara logika tidak mungkin Kak Arga  mau bergaul sama orang seperti si Udik ini. Kamu aja yang cantik dan sudah berjuang mati-matian ditolak terus oleh Kak Arga ‘kan?” Pendapat bodoh Laura ikut bersuara.

Mata Cindy membulat mendengar celotehan Laura, secara tidak sadar Laura sudah menghina dan menurunkan harga diri Cindy di depan Nayra.

Dona merasa gemas dan mencubit lengan Laura. “Laura!”

“Aduh! Sakit, Dona. Apa sih pakai acara nyubit segala!” pekik Laura, Dona mengedipkan mata memberi isyarat.

“Kamu kalau bicara dicerna dulu sebelum dikeluarkan,” sahut Dona.

Nayra menahan tawa melihat tingkah laku mereka. Baginya itu adalah drama yang mengocok perut. Cindy mengganggu Nayra karena siswi itu merasa iri dan cemburu.

Arga tidak pernah mau menanggapi perasaannya walau Cindy sudah melakukan berbagai cara.

“Kamu jangan senang dulu, Nay. Di sekolah memang kamu bisa merebut Kak Arga dari aku, tetapi kamu pikir di luar negeri sana Kak Arga bakalan tetap mikirin kamu. Jangan kepedean! Kamu itu hanya selingan dan hiburan buat Kak Arga,” ejek Cindy melenyapkan senyum di wajah Nayra.

Nayra merasa perkataan Cindy ada benarnya, karena Arga akhir-akhir ini memang sudah tidak pernah menghubungi Nayra lagi. Tidak seperti awal ketika mereka kenal, Arga sangat perhatian.

Padahal Arga sibuk dengan aktivitas kuliahnya sehingga tidak sempat menghubungi Nayra. Nayra pun tidak pernah menghubungi Arga duluan karena khawatir Arga merasa terganggu.

Hari-hari Nayra disibukkan oleh belajar dan belajar. Nayra ingin lulus tepat waktu dan mendapat nilai yang memuaskan.

Di sekolah, saat jam istirahat dia sibuk di perpustakaan merangkum materi untuk dipelajari. Di rumah mengulang kembali apa yang dia dapatkan ketika di sekolah.

Pak Toni dan Bu Sofi tidak sanggup untuk membayar les tambahan sehingga Nayra harus berusaha sendiri. Jalinan cintanya dilupakan untuk sementara waktu.

“Sekarang sadar ‘kan kamu itu hanya hiburan! Bangun dari tidur panjangmu kalau mimpi jangan ketinggian. Kalau jatuh ‘kan sakit. Upss ...,” sambung Cindy.

Nayra tidak ingin terpengaruh karena ucapan Cindy.

 “Kamu pikir aku bakalan terguncang lalu patah hati dan putus asa mendengar ucapanmu itu. Mau seribu orang merebut Kak Arga dari aku kalau dia memang ditakdirkan jadi milikku, Arga Wijaya akan tetap kembali pada Nayra Melodia. Tidak ada seorang pun yang mampu melawan takdir Allah, termasuk kamu!” Nayra sekali lagi mendorong bahu Cindy sambil berlalu.

#Bersambung ....


Author: Aisyah Nantri 

Sumber pict: Pixabay


Selamat membaca di Catatan Pena Aisyah dan semoga ada manfaat yang didapat. 

Post a Comment for "Ada Serangan, Takdir Milik Allah Episode 13"