Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Ungkapan Cinta, Takdir Milik Allah Episode 10

Novel Religi Penuh Motivasi Pelajaran Kehidupan

Jam pelajaran sudah usai, Nayra berjalan keluar kelas menuju pintu gerbang sekolah. Beberapa siswa nampak berjalan berkelompok berlalu lalang dengan langkah tergesa. Terdengar riuh disertai teriakan tidak jelas.

Nayra berhenti sejenak ketika melewati kelas Arga. Arga berdiri di depan pintu seperti sedang menunggu seseorang. Nayra berjalan dengan langkah pelan, gadis itu membaur bersama siswa lain berusaha untuk tidak terlihat oleh Arga.

“Nayraa! Nay, tungguu!” panggil Arga melihat punggung Nayra yang semakin menjauh.

Pemuda itu berlari mengejar Nayra. Tanpa memedulikan panggilan Arga, Nayra semakin mempercepat langkah.

Sudah beberapa hari ini gadis itu sengaja menghindar dari Arga. Dia ingin menyudahi peperangannya dengan Cindy. Nayra tidak ingin rasa benci di hati Cindy semakin subur karena Nayra dan Arga dekat.

 “Nayra, tunggu! Kamu cepet banget jalannya,” panggil Arga.

Dalam gerakan cepat dia berhasil memegang pergelangan tangan Nayra.

“Kamu kenapa, sih, Nay?” selidik Arga penuh tanda tanya.

“Gak apa-apa, Kak. Nayra mau pulang nanti keburu hujan,” kilah Nayra, berusaha melepaskan tangannya dari pegangan tangan Arga.

“Jangan cari alasan, cuaca panas gini tidak mungkin hujan. Kalau tidak terjadi apa-apa kenapa kamu menghindar?” Arga menatap Nayra yang tak bergeming.

“Nayra hanya ingin sendiri dan tak mau diganggu siapa pun.”

“Aku tidak mengganggu kamu, Nay.” Arga tetap kekeh mengorek penyebab sikap Nayra. “Kalau ada masalah kamu bisa cerita. Jangan seperti ini, siapa tahu aku bisa bantu.”

Beberapa siswa menatap mereka dengan pandangan heran, Nayra merasa malu karena menjadi pusat perhatian.

Arga seolah-olah tidak peduli dan membuat Nayra semakin risih. Pemuda itu semakin mengeratkan genggaman tangan setengah mencengkram. Manik hitamnya memancarkan sebuah kekhawatiran.

“Kak, lepasin tanganku malu dilihat yang lain,” pinta Nayra.

“Yah udah kalau malu kita bicara di tempat lain. Kamu ikut aku,” ajak Arga.

Arga menarik tangan Nayra ke area parkiran, tanpa perlawanan Nayra pun mengikuti langkah kaki pemuda itu. Arga mengambil motor dan meminta Nayra untuk ikut bersamanya.

“Nayra, ayo naik!”

“Kita mau kemana, Kak?”

“Udah, naik dulu,” kata Arga setengah memaksa.

Arga mengemudikan motor dan membonceng Nayra di belakangnya. Motor itu membawa mereka berdua melaju dalam kecepatan sedang menuju Taman Kota.

Melewati jalanan yang penuh dengan hilir mudik pengemudi dan pejalan kaki. Suara bising dan asap kendaraan ikut meramaikan, matahari bersinar terik membuat kulit seperti terbakar.

*** 

Taman kota ini sangat nyaman dijadikan tempat untuk bersantai. Daun beringin berserakan di bangku panjang yang ada di bawahnya. Burung gereja terbang menyambut Nayra dan Arga. Beberapa pengunjung taman yang melintas melempar senyuman ke arah mereka berdua.

Nayra dan Arga memilih duduk di pinggir kolam kecil buatan yang ada di tengah taman. Gemericik air di pancuran membuat perasaan semakin tenang. Rumput hijau yang tebal terasa empuk dijadikan tempat duduk.

Arga duduk di samping Nayra dan membuka percakapan.

“Nayra, kamu kenapa, Nay? Cerita sama aku, gak mungkin kamu berubah tanpa sebab yang jelas,” pinta Arga.

Nayra diam sejenak untuk menarik napas dalam. “Sebaiknya aku dan Kak Arga mulai sekarang jaga jarak, tidak usah terlalu dekat lagi.”

“Maksud kamu, Nay?” tanya Arga memicingkan mata.

“Nayra hanya ingin tenang dan tidak mau ada keributan lagi.”

“Keributan? Apa sih maksud kamu? Aku gak ngerti.”

Nayra mengumbar pandangan ke kolam yang ada di depan mereka, melihat ikan hias yang berenang ke sana kemari. Airnya yang jernih seperti sebuah kaca bening yang memperlihatkan kehidupan di dalamnya.

“Kak Arga tuh gak peka, Cindy itu suka sama Kakak dan dia gak suka kalau kita menjadi dekat,” jelsa Nayra.

“Cindy? Jadi, karena dia kamu kayak gini. Aduuuh, kirain karena apa, ha ha!” ujar Arga lalu tertawa keras.

“Udah, gak usah pusing masalah Cindy, kamu tenang aja ini masalah kecil. Masa' cuma gitu doang kamu nyerah, katanya apa pun yang orang lakukan tidak akan berpengaruh untuk kehidupan seorang Nayra,” ejek Arga.

Arga masih teringat kata-kata Nayra ketika di perpustakaan dulu.

“Yaaah, Nayra males karena Cindy ngajak ribut terus. Mungkin dia cemburu karena Kak Arga dan Nayra semakin dekat,” ujar Nayra mencebikkan bibir.

“Sudah, ah, jangan bahas Cindy lagi. Mending kita bahas yang lain, misalnya setelah lulus nanti kita mau kemana,” ucap Arga.

“Iya deh, Kak Arga ‘kan sebentar lagi lulus tinggal menghitung bulan saja,” sahut Nayra.

“Kalau aku sudah lulus sekolah kayaknya kita bakalan susah ketemu, Nay. Mama minta aku untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri.”

“Nayra bakalan kesepian dong, Kak.” Gadis itu merasa sedih mendengar ucapan Arga.

“Kita tetap bisa komunikasi, Nay, hanya jarang ketemu saja,” ucap Arga, “Nayra ... aku juga mau ngomong sesuatu sama kamu.”

“Ngomong apa, Kak? Ini juga lagi ngomong ‘kan,” canda Nayra.

“Ini beda, aku mau ngomong tentang perasaan aku ke kamu.”

“Perasaan?”

“Iya, perasaan aku ke kamu,” ulang Arga.

Nayra menunggu kalimat lanjutan dari bibir Arga.

 “Sebenarnya aku udah nyaman banget kita kayak gini. Aku mau hubungan kita lebih dari sekedar teman, Nay,” balas Arga dengan rauta wajah serius.

“Maksudnya, Kak?”

“Aku mau kita pacaran, Nay. Kamu mau ‘kan jadi pacar aku?”

Nayra terkejut mendengar ucapan Arga. Pemuda itu meraih tangan Nayra dan menggenggamnya erat, ketika Nayra menoleh Arga sedang memandangi wajahnya dengan tatapan dalam. Pandangan mereka bertemu dan menimbulkan desiran di hati.

“Kak Arga ....”

Nayra merasa salah tingkah dipandang Arga, gadis itu cepat-cepat melepaskan tangan dalam genggaman Arga dan mengalihkan pandangan ke arah lain. Degupan jantungnya terasa bergerak lebih cepat.

“Gimana, Nay? Kamu mau ‘kan?” ulang Arga menggenggam tangan Nayra lagi.

Hening.

Tidak ada suara yang keluar dari mulut Nayra, hanya anggukkan kepala yang tidak begitu kentara. Dia tidak sanggup berkata-kata. Pipi yang menghangat dan terlihat merona karena malu.

Senyum Arga mengembang melihat jawab yang Nayra berikan, genggaman tangannya semakin erat. Mereka diam dan bermain dalam pikiran masing-masing.

Suasana berubah menjadi indah. Daun-daun berguguran karena tertiup angin seolah-olah ikut merayakan kebahagiaan mereka.

Beberapa helai daun menempel di rambut Nayra tidak dihiraukan gadis itu. Bayang pohon mulai meredup terkena sinar matahari yang mulai terbenam di ufuk barat.

#Bersambung.... 


Author: Aisyah Nantri 

Sumber pict: Pixabay


Selamat membaca di catatan pena Aisyah dan semoga ada manfaat yang didapat. 


Post a Comment for "Ungkapan Cinta, Takdir Milik Allah Episode 10"