Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Menikah itu Mulia, tetapi Sendiri bukan Berarti Hina

Menikah atau Singelillah?




Catatan Pena Aisyah – Wanita yang masih single atau wanita yang sudah menikah, sama-sama istimewa. Karena yang paling penting bukan pada status. Melainkan, bagaimana cara kita menjalani kehidupan ini, tetap berpegang teguh pada iman atau malah terseret arus kemaksiatan.

Tidak ada istilah telat menikah, semua sudah tertulis pada suratan takdir masing-masing. Mau sekuat tenaga mengejar datangnya jodoh, kalau memang belum waktunya, terus kita bisa apa?

Menikah itu mulia, tetapi masih sendiri bukan berarti terhina. Kita bisa memanfaatkan waktu kesendirian itu dengan hal-hal yang bermanfaat. Meningkatkan kualitas diri, berkarya dan menjalani semua itu dengan rasa bahagia.

Tidak perlu menambah beban pikiran dengan mempertanyakan kapan jodoh itu akan datang. Intropeksi, sadari, mungkin saat ini kita memang belum cukup siap untuk menjalani kehidupan berumah tangga. Sehingga, masih dibiarkan dalam penantian.

Tetaplah bersikap tenang, meski suara-suara sumbang terus menerjang dan berusaha membuat tumbang.

“Kapan nikah?”

“Kebanyakan pilih-pilih, bisa-bisa jadi perawan tua!”

“Lihat si A, teman sekolahmu dulu. Sekarang anaknya udah mau tiga. Kamu nikah aja belum.”

“Nunggu siapa, sih? Kalau nunggu yang sempurna gak bakalan ada!”

Mungkin sederet kalimat di atas sudah menjadi pil pahit yang harus ditelan bagi sebagian wanita yang belum menikah. Bahkan, bisa jadi ada yang lebih parah. Mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari orang-orang di sekitar mereka.

Ingat, jangan langsung naik darah, ya sahabat Aisyah. Stay cool. Tetap pasang senyum termanis yang kalian punya. Tidak ada seorang pun yang bisa menyakiti hati kita, kalau kita tidak pernah mengizinkannya.

Singkirkan debu-debu yang berusaha mengotori hati. Terus berprasangka baik, bisa jadi Allah kirimkan orang-orang itu untuk menguji kualitas akhlak dan adab kita terhadap mereka.

Kesendirian adalah Ujian


Hidup ini penuh warna-warni. Tidak melulu bahagia, tidak melulu pula bersedih. Allah akan terus menguji kesabaran hamba-Nya dengan berbagai macam ujian, termasuk kesendirian.

Jika kesendirian adalah ujian, artinya akan ada fase kita naik kelas kalau berhasil melewatinya dengan baik. Maka, lapangkan dada. Hilangkan segala bentuk prasangka yang hanya akan membuat hati dan pikiran menjadi sempit.

Jangan mencontek kehidupan orang lain, lalu menyamakan dengan kehidupan kita. Hasilnya tidak akan sama. Dan tidak akan pernah sama.

Takdir Terbaik itu Sudah Allah Tuliskan


Wanita yang percaya akan janji Allah tidak akan menjadi lemah dan merasa putus asa hanya karena belum bertemu jodoh, karena dia yakin apa yang menjadi takdirnya tidak akan pernah menjadi takdir orang lain.

Jika batas usia jadi patokan untuk seseorang menikah, lantas bagaimana dengan kematian? Akankah mereka yang lebih tua meninggal duluan, sementara yang muda mendapat giliran belakang.

Nyatanya, takdir tidak ada yang tau. Jalan yang ditempuh setiap orang itu berbeda. Ada yang masih muda sudah menikah, ada yang masih muda sudah sukses, dan ada pula yang masih muda sudah meninggal dunia.

Memeluk Kesendirian dengan Kemuliaan


Sebaik-baik seorang wanita adalah dia yang selalu berhias dengan iman dan takwa. Tidak perlu emas permata, atau pun pakaian yang indah, karena sumber kemuliaan seorang wanita tidak dapat dilihat dari standar dunia. Melainkan, bagaimana dia menjadi versi terbaik di mata Allah.

Meraih kemuliaan dalam kesendirian. Bisakah? Bisa banget.

1. Selalu berdo’a, minta ketetapan hati kepada Allah agar senantiasa Istiqomah. Minta dikuatkan iman dan Islam. Serta terus diberikan hidayah agar selalu menjadi hamba yang bertakwa.

2. Perbanyak istighfar dan muhasabah diri. Bisa jadi dosa-dosa yang kita lakukan menjadikan penghalang akan datangnya jodoh. Terkadang kita hanya bisa berdoa minta dikabulkan, tetapi lupa kalau ada penghalang yang harus kita singkirkan terlebih dahulu.

3. Terus belajar dan belajar. Baik itu ilmu dunia, terlebih lagi ilmu untuk meraih surga. Perkaya diri dengan pengetahuan. Tidak akan pernah merugi menghabiskan waktu, tenaga dan materi untuk melahap buku-buku, datang ke majelis ilmu, serta ikut kelas pembelajaran lainnya.

4. Memanfaatkan waktu kesendirian dengan memberikan yang terbaik untuk keluarga, terutama orang tua. Tingkatkan bakti dan bahagiakan mereka. Bisa juga sesekali berlibur bareng di akhir pekan dengan keluarga besar agar hubungan kekerabatan semakin erat.

5. Jadilah wanita yang berprestasi dan mempunyai kualitas diri yang tinggi. Buktikan kalau kesendirian tidak bisa menjadi penghalang untuk meraih kesuksesan.

6. Perbanyak teman sefrekuensi yang punya satu pemahaman agar tidak merasa sendirian. Di mana ada teman-teman yang tidak sibuk dengan dunia saja. Melainkan, saling mengingatkan ketika ada yang salah.

7. Cintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain. Ini gak kalah pentingnya. Tersebab saat kita sudah sepenuhnya mencintai diri sendiri, maka akan mudah memberikan cinta untuk orang lain.

Kematian, Status Akhir yang Pasti Disandang


Sahabat Aisyah, ada satu hal yang harus kita tau. Mau status kita sendiri, mau status kita menikah, titik akhir seorang manusia adalah kematian.

Jangan sibuk memikirkan yang belum pasti, malah mengabaikan hal yang pasti akan terjadi.

Gaun pengantin belum tentu dikenakan, tetapi kain kafan suatu saat akan melekat di badan. Pelaminan belum tentu bisa jadi tempat persinggahan, tetapi pemakaman suatu saat akan menjadi tempat berdiam.

Menangis yang paling indah adalah menangis karena dosa, bukan menangis karena urusan dunia. Berlombalah untuk mengejar ridha Allah, buat iri bidadari surga karena dirimu lebih bertakwa. Tidak akan hina seorang wanita hanya statusnya belum menikah.

Catatan Pena Aisyah – Sahabat Aisyah, tidak ada salahnya menunggu jodoh dalam penantian, tetapi ada hal yang lebih penting untuk ditunggu, yaitu menunggu datangnya kematian.

Yuk, muhasabah diri ....

Sudah sampai mana kita mendekatkan diri kepada Allah. Mungkinkah semangat untuk beribadah masih sama sebagaimana waktu pertama kali mendapat hidayah dulu? Atau malah semakin terkikis habis tanpa sisa?

Detik yang sudah berlalu tidak akan dapat kembali. Dan itu tidak perlu disesali. Akan tetapi, detik saat ini dan detik yang akan datang bisa digunakan untuk terus memperbaiki diri.

Came on, Salihah.

Tetap Istiqomah, ya! Semoga aku, kamu, dan kita semua tetap bertahan dalam hidayah-Nya.

Post a Comment for " Menikah itu Mulia, tetapi Sendiri bukan Berarti Hina"