Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Belajar Mencintai Diri Sendiri Sebelum Mencintai Orang Lain

Dari Hati ke Hati Seputar Perasaan





Catatan Pena Aisyah – Seberapa pentingnya mencintai diri sendiri?

Jawabannya adalah sangat penting. Mengapa? Karena agar kita bisa mengerti apa arti cinta sebenarnya. Agar kita bisa memahami apa arti dari sebuah ketulusan tanpa mengharap pamrih. Agar kita tidak merasa kecewa jika tidak mendapat cinta dari orang lain. Dan masih banyak lagi alasan lain yang mengharuskan kita untuk mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain.

Jika dalam diri saja kering kerontang tanpa cinta dan kasih sayang, lantas bagaimana bisa kita memberikan rasa tersebut untuk orang lain?

Maka yang tercipta hanyalah perasaan yang salah. Cinta yang membabi buta. Dan akan berujung pada rasa kecewa. Banyak pula yang merasa putus asa, menyalahkan diri sendiri dan orang lain atas kekecewaan yang dia alami. Merasa dia kurang ini, kurang itu. Mengapa dia begini dan begitu. Harusnya dia seperti ini dan seperti itu.

Serta masih berderet keluhan yang keluar dari lisan, mau pun yang terpendam di dalam batinnya. Lebih parah lagi, ada yang menyalahkan Tuhan karena dia merasa tidak mendapatkan keadilan. Akhirnya kufur nikmat.

Itu semua diakibatkan karena tidak mencintai diri sendiri. Merasa kurang dan kurang. Seluruh perhatiannya terfokus ingin mengejar cinta di luar sana. Berharap mendapat sesuatu yang membuat dirinya merasa bahagia, sehingga lupa kalau sumber bahagia itu bukan dari orang lain, melainkan dari dalam dirinya sendiri.

Jatuh Cinta, Bahagia atau Tersiksa?


Jangan bicara logika kepada seseorang yang sedang jatuh cinta, karena sebanyak apa pun fakta yang diberikan akan kalah oleh perasaan.

Makan tak enak, tidur tak nyenyak, yang ada di kepala hanyalah dia dan dia. Mau makan ingat dia, mau tidur ingat dia, mau apa pun juga ingat dia. Mirip kayak salah satu lirik lagu, ya.

Ini terjadi jika jatuh cinta sebelum adanya ikatan pernikahan. Memang di satu sisi hati berbunga-bunga dan merasa bahagia, tetapi di sisi lain tidak kalah tersiksanya. Dua hal itu akan terus bertarung hingga tiba saatnya di mana salah satu akan menjadi pemenang. Kandas di tengah perjalanan atau berakhir di pelaminan.

Jatuh cinta itu fitrah dan tidak ada seorang pun yang sanggup menolaknya. Tinggal bagaimana kita mengelola rasa tersebut. Mencoba meletakkan pada keadaan yang benar atau larut di dalam godaan.

Ketika Mencintai, Jangan Merasa Memiliki


Ketika sedang jatuh cinta, ingatlah! Jangan pernah merasa memiliki. Baik setelah menikah, terlebih lagi sebelum ada ikatan yang sah. Cintai sewajarnya, benci pun sewajarnya.

Tidak ada yang dapat menjamin, bahwa suatu hubungan akan berlangsung sesuai keinginan. Jangankan perasaan orang lain, perasaan sendiri saja terkadang tidak bisa dikendalikan.

Bahkan, hidup yang kita jalani ini bukan milik kita. Semua hanya titipin, termasuk pasangan. Jika suatu saat dia pergi atau kalian dipisahkan ya harus ikhlas, karena sejatinya memang bukan milik kita.

Jangan pernah berpikir untuk mengekang kehidupan seseorang atau menggunakan berbagai macam cara agar dia tidak pergi. Mau dikekang seperti apa pun, ditahan sekuat apa pun, yang pergi akan tetap pergi dan yang datang akan tetap datang.

Lakukan saja apa yang menjadi tugas dan bagian kita, selebihnya serahkan semua hanya kepada sang pemilik takdir. Apa pun yang terjadi itulah yang terbaik, karena pasti akan selalu ada hikmah di balik sebuah kejadian.

Berani Jatuh Cinta, Harus Siap Tersakiti


Setiap sesuatu pasti ada resikonya, begitu pula saat kita memutuskan melabuhkan rasa cinta kepada seseorang. Tidak mungkin hanya ada rasa bahagia saja yang didapat, sudah pasti ada kebalikannya.

Seperti halnya pergantian waktu, tidak mungkin siang terus, sudah pasti akan ada malam. Begitu juga dengan perasaan, tidak mungkin senang terus pasti akan ada kesedihan. Sehingga balance.

Berani mencintai artinya harus siap tersakiti. Bukan menantang untuk disakiti. Melainkan, mempersiapkan diri agar tidak terkejut saat ada fase di mana sesuatu itu berjalan tidak sesuai harapan.

Harus bersiap untuk merasakan luka, karena sesuatu yang indah tidak didapat dengan mudah. Harus bersusah payah dan terkadang bermandi darah dan air mata. Harus siap berkorban, terlebih berkorban perasaan.

Cinta itu bukan hanya menuntut, tetapi bagaimana belajar untuk ikhlas menyikapi tanpa meminta imbalan terhadap apa yang sudah dilakukan. Terkadang jatuh cinta itu manisnya hanya di awal dan lebih banyak pahitnya.

Siapa pun yang mulai merasakan cinta, persiapkan diri untuk menanggung segala konsekuensinya. Termasuk mempersiapkan hati dan diri untuk tersakiti.

Mencintai Sambil Memperbaiki Diri


Kesalahan yang sering dilakukan seseorang saat sedang jatuh cinta adalah terlalu fokus pada orang yang dia cintai, tetapi lalai terhadap dirinya sendiri. Sehingga saat orang yang dia cintai menorehkan luka di hati, dia akan terpuruk dan mengalami kesedihan berkepanjangan. Dia merasa dunianya gelap gulita, semangat hidup langsung surut seketika.

Menebarkan rasa cinta kepada orang lain boleh-boleh saja. Namun, cintai diri sendiri terlebih dahulu. Atau sambil mencintai jangan lupa untuk terus memperbaiki diri.

Banyak hal yang dapat dilakukan dalam fase mencintai, cari kegiatan yang dapat menambah vallue diri. Sehingga sama sama berkembang dengan pasangan, saling mengimbangi satu dengan yang lain.

Jika hubungan dengan pasangan berjalan sesuai keinginan, maka masing-masing akan menjadi lebih baik lagi. Namun, jika hubungan kandas di tengah jalan maka tidak akan terlalu lama larut dalam kesedihan.

Bersemangat untuk terus melanjutkan langkah karena hidup bukan hanya tentang dia saja. Tak perlu menyalahkan siapa pun. Saingan terberatmu bukanlah orang lain, melainkan dirimu sendiri.

Catatan Pena Aisyah – Sahabat Aisyah, jangan malu untuk mengakui kalau hati ini begitu rapuh dan mudah terombang-ambing. Terlebih lagi jika perasaan sudah berbicara, maka ambyar semua.

Karena ujian terberat seorang wanita adalah ketika dia jatuh cinta pada orang yang salah, kalau bukan iman kepada Allah sudah dipastikan hatinya akan porak poranda.

Semoga aku, kamu, dan para muslimah lainnya mendapatkan rasa cinta yang layak dan diridhoi Allah ta’ala.
Aamiin ya, Mujib.


Post a Comment for " Belajar Mencintai Diri Sendiri Sebelum Mencintai Orang Lain"